Warta Ekonomi.co.id, Bogor
Bank Rakyat Indonesia punya Indra Utoyo di posisi Direktur Digital dan Teknologi Informasi (TI), nahkoda yang diharap mampu mengusung BRI menjadi bank digital Tanah Air.
Bank negara tertua itu memiliki total aset Rp 1.305,66 triliun, berdasarkan laporan keuangannya di Kuartal III 2019. Bank itu dikenal sebagai lembaga keuangan mikro besar di Indonesia, dengan 9.600 gerai secara nasional. Namun, kemunculan teknologi finansial (fintech) berdampak buruk bagi bisnis sejumlah bank, tak terkecuali BRI.
Apalagi, diperkirakan ada 66% dari lebih dari 260 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki rekening bank. "Kami tahu ada kesenjangan antara bank dan sejumlah sektor. Oleh karena itu, kami perlu bekerja sama dengan fintech sehingga bisa menjangkau lebih banyak orang di segmen bisnis UMKM," papar Indra, dikutip dari KrAsia, Kamis (2/1/2020).
Baca Juga: Pasang Target Moderat, BRI Bidik Pertumbuhan Kredit 11%
Gopay, OVO, Dana, Jenius, dan penyedia dompet digital lain menjadi begitu populer karena kehadiran aplikasi berbasis permintaan. Orang-orang pun lebih memilih memindahkan uang dari bank ke dompet elektronik, mengancam likuiditas dan sumber daya bank untuk mengucurkan pinjaman demi memperluas bisnisnya.
Untuk itu, BRI menargetkan dua segmen baru yang sebelumnya belum mereka sentuh, yakni: bisnis UMKM dan pengguna muda. "Segmen ini akan meningkatkan tingkat ekonomi dan kami tak ingin kehilangan pasar ini," begitulah keyakinan dari Indra.
Saat ini, hampir ada 60 juta UMKM formal di Indonesia yang memberi kontribusi 60% terhadap PBD Indonesia secara keseluruhan. Sementara generasi muda bakal mendominasi demografi Indonesia pada 2030.
Alhasil, BRI merilis dua platform pinjaman bernama 'Pinang' dan 'Ceria' pada 2019 dengan segmentasi berbeda. "Pinang menargetkan pekerja yang menggunakan BRI sebagai rekening gaji, sedangkan Ceria berfokus pada generasi milenial yang mampu menampung pinjaman maksimum Rp20 juta," jelas perusahaan.
Tak cuma itu, BRI juga berinvestasi di dompet digital pelat merah, LinkAja dengan saham sebesar 19,7%. Secara tak langsung, segala transaksi yang terjadi di LinkAja masuk ke dalam ekosistem BRI.
Menurut Indra, sumber pendapatan bank di era industri 4.0 ini tak lagi hanya mengandalkan pinjaman tradisional karena jumlahnya yang besar dan hanya bisa dilunasi dalam jangka panjang. "Kita perlu menghasilkan pertumbuhan pendapatan baru dengan mitra digital, walau ukurannya lebih kecil dan lebih pendek (dari segi jangka waktu)," jelasnya.
Selain itu, BRI juga berkolaborasi dengan 75 pemain industri digital, termasuk fintech, platform over-the-air, dan pemain e-commerce. Beberapa di antaranya ialah Investree dan Traveloka melalui produk PayLater.