EKBIS.CO, EKBIS.CO, MAKASSAR -- Potensi penggunaan Quick Respons Indonesia Standard (QRIS) di Kawasan Timur Indonesia (KTI) diyakini sangat besar. Apalagi, ke depan, Ibu Kota Negara pindah ke Kawasan Tengah, sehingga bisa berdampak positif bagi perekonomian KTI.
"Di Sulawesi Selatan, terutama di Makassar sebagai hub KTI, penggunaan QRIS sebagai alternatif pembayaran dan transaksi digital memang sudah cukup tinggi," jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Sugeng, saat menghadiri KTI DIGIfest 2020, di Celebes Convention Center, Sabtu (11/1), di Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan termasuk yang tertinggi dibanding daerah-daerah lain. Pertumbuhannya stabil di atas tujuh persen dengan tingkat inflasi yang terkendali.
Kinerja perekonomian tersebut tentunya perlu didukung dengan sistem pembayaran yang handal dan aman seperti QRIS. Terkait itu, Sugeng juga berharap merchant-merchant pengguna QRIS di KTI, khususnya Sulawesi Selatan, terus bertambah seiring pertumbuhan ekonominya.
Kepala Perwakilan BI Sulawesi Selatan, Bambang Kusmiarso menjelaskan teknologi digital dapat menciptakan peluang ekonomi bahkan dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Potensi ekonomi digital Indonesia pada 2019 yang diperkirakan mencapai 40 miliar dolar AS atau setara Rp 555,96 triliun dan diprediksi menembus 130 miliar dolar AS atau setara Rp 1.806,87 triliun pada 2025.
"Ini membuka ruang besar bagi KTI untuk berkontribusi lebih bagi pertumbuhan ekonomi digital," ujar Bambang dalam gelaran KTI DIGIfest 2020, Sabtu (11/1) di Makassar, Sulawesi Selatan.
KTI, kata Bambang, sangat mungkin memaksimalkan peluang tersebut lantaran memiliki beberapa faktor pendorong. Pertama, populasi milenial KTI diperkirakan 20,2 juta, atau 7,4 persen penduduk Indonesia pada 2020. Potensi milenial selama ini dianggap menjadi motor utama dan kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi digital. Kedua, jaringan internet di KTI pun semakin terkoneksi. Beroperasinya proyek Palapa Ring dinilai mampu meningkatkan penetrasi ponsel dan internet sebagai penopang utama ekonomi dan pembayaran digital.
Faktor-faktor tersebut diakuinya bisa menjadi pendorong utama ekonomi digital KTI. Namun, Bambang juga mengingatkan masih harus menghadapi tantangan.
"Kami memandang tantangan utama di KTI dalam perkembangan ekonomi dan keuangan digital adalah digital literacy yang cenderung rendah. Sosialisasi dan edukasi serta koordinasi dengan berbagai pihak terkait menjadi penting untuk mengatasi tantangan tersebut," papar Bambang.