EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan antisipasi untuk pemenuhan kebutuhan bawang putih yang masih perlu didukung oleh pasokan impor. Seiring merebaknya virus corona di China, Kementan mencari alternatif negara.
Seperti diketahui, sekitar 90 persen kebutuhan bawang putih nasional masih dipenuhi oleh pasokan impor. Adapun bawang putih impor mayoritas didatangkan dari negeri tirai bambu itu karena ukurannya yang besar dan harga yang cenderung murah.
Prihasto menuturkan bahwa bawang putih juga merupakan komoditas hortikultura yang paling banyak diimpor dari China. "Ada tempat lain yang memproduksi bawang putih seperti India, Mesir, Iran juga menghasilkan bawang putih," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto saat ditemui di Jakarta, Selasa (4/2).
Oleh sebab itu, Prihasto menegaskan pemerintah tidak boleh abai dan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam importasi komoditas pangan dari China. Sebab, akan menjadi masalah besar jika virus corona masuk ke Indonesia dan menular.
"Kita tidak boleh mengabaikan itu walaupun memang dikatakan tanaman bukan media pembawa virus corona. Sudah ada 23 negara terpapar virus termasuk negara tetangga. Indonesia belum dan kita harus hati-hati," tegas Prihasto.
Hingga saat ini, sikap pemerintah belum jelas apakah hanya akan memperketat atau bakal melarang total importasi komoditas pangan dari China. Namun, Prihasto mengatakan khusus bawang putih sementara ini masih bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Prihasto menjelaskan, ketersediaan pasokan bawang putih lokal pada bulan Februari ini diperkirakan sebesar 55-65 ribu ton. Adapun tingkat kebutuhan bawang putih per bulan sekitar 45-47 ribu ton. Pada bulan Maret-April mendatang, ia menyampaikan bahwa akan ada panen bawang putih sekitar 50 ribu ton.
"Kita perkirakan luas panen bawang putih bulan Maret-April ada sekitar 4.000 hektare-5.000 hektare. Kalau per hektare 10 ton kurang lebih bisa 50 ribu ton," katanya.
Ia menegaskan bahwa produksi bawang putih yang ditanam di dalam negeri boleh diperjual-belikan untuk konsumsi. Dengan kata lain, produksi lokal tidak dikhususnya untuk bibit yang akan digunakan untuk ditanam kembali. "Boleh dikonsumsi bukan hanya untuk bibit saja," ucapnya.