Selasa 04 Feb 2020 17:00 WIB

Bawang Putih Mahal, Kementan: Bukan Karena Pembatasan Impor

Harga bawang putih secara nasional naik 5,62 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menyortir bawang putih di Pasar Bitingan, Kudus, Jawa Tengah, Senin (3/2/2020). Harga bawang putih secara nasional naik 5,62 persen.
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Pekerja menyortir bawang putih di Pasar Bitingan, Kudus, Jawa Tengah, Senin (3/2/2020). Harga bawang putih secara nasional naik 5,62 persen.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Harga bawang putih dalam beberapa hari terakhir mengalami kenaikan signifikan. Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan, kenaikan harga itu bukan merupakan dampak dari pembatasan impor dari China.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto menjelaskan, naiknya harga dalam beberapa waktu terakhir lebih dipicu oleh kendala distribusi logistik. "Analisis kami sementara ini bawang putih masih cukup," kata Prihasto saat ditemui di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Selasa (4/2).

Baca Juga

Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga bawang putih secara nasional naik 5,62 persen menjadi Rp 47.000 per kilogram. Harga tertinggi terdapat di wilayah DKI Jakarta sebesar Rp 57.500 per kg sedangkan terendah di Kepulauan Riau sebesar Rp 32.700 per kg.

Prihasto mengatakan, distribusi terganggu akibat faktor cuaca di dalam negeri. Lagipula, kata Prihasto, belum ada pembatasan impor bawang putih dari China yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah Indonesia.

Saat ini, Kementan baru menerapkan langkah pengetatan pada pintu keluar-masuk produk pertanian dari luar negeri lewat Badan Karantina Pangan. Hal itu sejalan dengan langkah proaktif pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi masuknya virus corona ke Indonesia.

Lebih lanjut, Prihasto mengakui bahwa Kementan belum menerbitkan satu pun Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk bawang putih sejak awal tahun 2020. Ia mengatakan, belum terbitnya RIPH bawang putih karena memang masih dalam tahap proses.

Kendati demikian, ia mengatakan merebaknya virus corona yang bersumber dari Kota Wuhan, Cina tetap menjadi pertimbangan Kementan untuk menerbitkan rekomendasi impor. "Semua tetap kita proses. Tapi kita tidak boleh abai terhadap hal-hal ini. Jangan sampai juga kita nanti ikut terpapar virus," katanya.

Pihaknya pun meminta pengertian dari masyarakat untuk memahami situasi yang ada. "Jadi, bukan hanya masalah harga (mahal) tapi juga kesehatan masyarakat secara umum. Ini tidak main-main kalau virus masuk kita juga yang kena," katanya menambahkan.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyatakan, Kementan memiliki tiga tahap di pintu terdepan dalam proses mitigasi penularan virus lewat komoditas pertanian. Pihaknya telah menugaskan Badan Karantina Pangan untuk mengerahkan seluruh sumber daya yang ada dalam memperketat pengawasan dan karantina produk pangan impor.

"Saya cuma ikuti kebijakan dari menteri-menteri terkait bahwa akan ada delay dari Cina. Jangan desak saya untuk impor, kalau impor terus hilanglah produksi dalam negeri," kata dia.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) total impor bawang putih dari Cina ke Indonesia sebanyak 406,5 ribu ton. Adapun untuk tahun 2020 belum ada bawang putih impor yang masuk ke Indonesia. Syahrul menilai, produksi bawang putih yang dihasilkan oleh petani dalam negeri masih bisa mencukupi kebutuhan domestik.

Ia mengatakan segera akan melakukan pengecekan sumber yang menjadi penyebab mahalnya harga bawang putih saat ini. "Kalau memang ternyata ada kelangkaan, saya akan cek apa penyebab kelangkaan itu. Kita sebentar lagi akan panen," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement