EKBIS.CO, JAKARTA -- Perkumpulan Pengusaha Bawang Nusantara (PPBN) menuturkan, impor bawang putih dari Cina dilakukan karena kualitas yang bagus dan harga yang relatif murah. Ketua PPBN, Mulyadi mengatakan, dua faktor itu yang mendorong rendahnya harga bawang putih impor yang dikonsumsi masyarakat.
"Bawang putih paling bagus dari China dan harganya juga lebih murah," kata Mulyadi kepada Republika.co.id, Selasa (24/2).
Kementan sebelumnya berencana untuk menyiapkan alternatif negara asal impor bawang putih untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Meski penularan virus dinilai tidak bisa terjadi lewat komoditas hortikultura, Kementan harus menyiapkan antisipasi demi menghindari hal yang tidak diinginkan.
Mulyadi mengatakan, jika pemerintah menyiapkan alternatif, setidaknya ada dua negara lain yang memiliki bawang putih dalam jumlah besar yakni India dan Taiwan. Namun, harga dipastikan lebih mahal dan membebani pelaku usaha serta konsumen dalam negeri.
Ia menyebut, lagipula daerah produsen bawang putih bukan berasal dari Provinsi Hubei yang menjadi sumber virus corona. "Harga bawang putih dari China ada sekitar Rp 20 ribu per kilogram tapi itu fluktuatif. Kalau negara lain jelas cost akan lebih mahal," katanya.
Soal harga bawang putih yang belakangan mengalami lonjakan, Mulyadi menilai itu akibat importasi bawang putih yang saat ini lebih ketat. Sebab, pemerintah mewajibkan adanya Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dari Kementerian Pertanian serta adanya kewajiban tanam bawang putih di dalam negeri oleh para importir.
Sejak awal tahun 2020, Mulyadi pun mengatakan bahwa belum ada impor bawang putih yang masuk. Sebab, sejak bulan Desember 2019 lalu pemerintah belum membuka dan menerbitkan RIPH yang diajukan para importir. "Sesuai aturan itu seharusnya dibuka mulai Desember sampai Februari. Cuma ini belum ada, saya tidak tahu penyebabnya," kata dia.