EKBIS.CO, JAKARTA -- Guna mendukung pertumbuhan kebutuhan listrik di Pulau Lombok, PLN mulai mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok Peaker berkapasitas total 136-Megawatt (MW) yang berlokasi di Tanjung Karang, Mataram.
PLTMGU Lombok Peaker ini merupakan pembangkit Combined Cycle pertama di Indonesia yang menggunakan gas engine untuk proses pembakarannya, dan bukan menggunakan gas turbin seperti pada umumnya.
Proses kerja gas engine adalah sama dengan mesin yang digunakan pada sepeda motor atau mobil, yaitu jenis mesin pembakaran dalam ( spark ignition combustion ). Perbedaannya adalah pada gas engine tidak memerlukan proses pengabutan karena bahan bakar yang digunakan sudah berbentuk gas.
Selanjutnya, energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di gas engine (PLTMG) digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja pada turbin (PLTU), dengan cara memanaskan air di HRSG ( Heat Recovery Steam Generator). Uap jenuh kering dari hasil HRSG inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu (baling baling) yang selanjutnya menggerakkan turbin, generator dan akhirnya menjadi energi listrik.
Kolaborasi dari dua sistem proses pembakaran di atas, yaitu PLTMG dan PLTU menghasilkan siklus gabungan yang dikenal dengan istilah “Combined Cycle”, yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi pembangkit.
Sebagai pembangkit peaker atau yang beroperasi saat beban puncak, pembangkit ini juga dituntut cepat untuk dapat menghasilkan listrik. Dengan sistem pengoperasian serba komputerisasi, waktu yang dibutuhkan untuk membangkitkan beban maksimum pada satu unit PLTMG pun juga relatif singkat yaitu sekitar 5 menit.
PLTMGU Lombok Peaker sendiri terdiri dari 13 unit pembangkit gas engine yang terbagi menjadi 2 blok. Masing masing unit memiliki kapasitas 9.76 Megawatt (MW), sehingga total daya yang dihasilkan sebesar 126.88 MW. Selanjutnya, 10 MW diperoleh dari pemanfaatan uap panas yang diolah oleh system PLTU.
“Jadi PLTU di sini tidak menggunakan batubara, namun memanfaatkan uap panas hasil dari gas engine,” tutur General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara, Yuyun Mimbar Saputra, Ahad (16/2).
Dengan total kapasitas mencapai 136 MW pada system kelistrikan Lombok, PLTMGU Lombok Peaker ini akan menjadi salah satu pembangkit yang sangat penting untuk menjaga keandalan sistem kelistrikan Lombok. Terutama guna mendukung tumbuhnya pariwisata seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Selain akan menjadi tulang punggung pada sistem kelistrikan Lombok, PLTMGU Lombok Peaker juga merupakan pembangkit yang ramah lingkungan. Gas buang sisa pembakaran yang keluar dari cerobong, dipantau khusus secara online dengan menggunakan peralatan CEMS (Continuous Emission Monitoring System).
Dengan sistem ini, maka emisi gas buang seperti SO2, NO2, total partikulat dan kepekatan dapat dipantau secara berkelanjutan. Tujuan akhirnya adalah untuk memastikan bahwa emisi yang dihasilkan masih dalam ambang batas standar yang telah ditetapkan.
Sistem pertukaran panas atau yang lebih dikenal dengan heat exchanger pada PLTMG Lombok Peaker ini pun juga menggunakan media air laut yang diolah terlebih dahulu dan bersirkulasi dalam siklus tertutup.
“Jadi, secara otomatis tidak ada kebisingan yang ditimbulkan oleh radiator yang berfungsi sebagai sistem pendingin dari PLTMG tersebut,” tambah Yuyun.
Block satu sebanyak tujuh mesin saat ini telah memperkuat kelistrikan Lombok. Sementara block dua sebanyak enam mesin sedang dalam tahap pengujian. Secara keseluruhan pembangkit ini direncanakan akan mulai beroperasi penuh memperkuat system kelistrikan Lombok pada pertengahan tahun 2020.