EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menggelar rapat terbatas level menteri untuk membahas kelanjutan antisipasi terhadap ancaman virus corona baru (Covid-19). Jokowi pun meminta seluruh menterinya untuk menyiagakan semua penangkal, terutama dari sisi ekonomi.
Penyebaran virus corona memang menekan perekonomian nasional, terutama di sektor pariwisata. Jokowi pun meminta seluruh instrumen, baik moneter dan fiskal, disiapkan untuk memperkuat daya tahan dan daya saing ekonomi nasional.
Di sisi moneter, presiden mengapresiasi langkah Bank Indonesia untuk mengerek turun tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen pada pekan lalu. Menurutnya, relaksasi moneter memang dibutuhkan untuk mendukung pergerakan ekonomi.
"Kita akan memutuskan langkah-langkah kebijakan fiskal dalam mendorong ekonomi kita. Baik dari sisi konsumsi, baik dari sisi investasi dan dalam meningkatkan kembali sektor pariwisata, terutama di Bali, di Sulawesi Utara, dan di Kepulauan Riau," ujar Jokowi dalam pembukaan rapat terbatas di kantor presiden, Selasa (25/2).
Jokowi kembali menyinggung lesunya pariwisata di tiga daerah yang selama ini menjadi pintu gerbang utama turis asal China. Anjloknya kunjungan wisata dari luar negeri, menurut Jokowi, harus disiasati dengan menarik kunjungan wisatawan domestik. Salah satunya dengan menggalakkan lebih banyak kegiatan konvensi dan pameran (MICE) di tiga daerah yang disebut di atas.
"Serta ditingkatkan promosi yang menyasar ke pasar wisatawan manca negara yang sedang mencari alternatif destinasi wisata karena batal mengunjungi China, Korea Selatan dan Jepang. Saya minta agar insentif dan upaya mendorong ekonomi ini dilakukan secara bersamaan dan saling dukung mendukung," katanya.
Jokowi pun kembali mengingatkan seluruh kementerian dan lembaga untuk mempercepat belanja anggaran, termasuk dana desa dan bantuan sosial bagi masyarakat miskin. Tak hanya itu, pemerintah daerah melalui gubernur juga diminta lebih cepat merealisasikan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Langkah percepatan penyerapan belanja ini diyakini mampu menjaga konsumsi rumah tangga yang menjadi bahan bakar utama pertumbuhan ekonomi nasional.
"Program padat karya yang berdampak langsung kepada masyarakat itu dilakukan kembali. Saya kira ini di Kementerian PUPR, di kementerian BUMN, di Kementerian perhubungan, Kementerian pertanian dalam membangun irigasi misalnya, KKP, saya minta dipercepat realisasinya," kata presiden.
Jokowi pun mengingatkan jajarannya untuk menekan defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan, dengan cara menakan impor dan menggalakkan penggunaan produk substitusi impor.
Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan tembus 5 persen pada kuartal I 2020, yang dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi China akibat penyebaran virus korona. Epidemi virus corona memang memukul perekonomian China lantaran banyak negara memutus jalur transportasi dari dan menuju negara tersebut.
Bank Dunia menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi China berpotensi melambat sebesar 1-2 persen. Sedangkan setiap perlambatan sebesar 1 persen di China akan berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi Indonesia hingga 0,3 persen.
Penyebaran virus korona di negara-negara dunia memang semakin mengkhawatirkan. Teranyar, Korea Selatan sudah menyatakan siaga virus korona pada level merah. Tercatat hingga Selasa (25/2) pagi, sudah ada 833 kasus positif korona di Korea Selatan.
Tak hanya itu, penyebaran dengan waktu cukup singkat juga tercatat di Iran, dengan jumlah kasus positif sebanyak 61 kasus dan 12 kematian akibat virus corona.