Rabu 13 May 2020 00:47 WIB

Harga Bawang Merah Diprediksi Turun pada Juni

Harga rata-rata bawang merah nasional saat ini mencapai Rp 52.000 per kilogram.

Red: Friska Yolandha
Panen bawang merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang, kabupaten Bandung Barat, Rabu (6/5). Kementerian Pertanian memprediksi harga bawang merah akan kembali normal mulai bulan Juni.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Panen bawang merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang, kabupaten Bandung Barat, Rabu (6/5). Kementerian Pertanian memprediksi harga bawang merah akan kembali normal mulai bulan Juni.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Kementerian Pertanian memprediksi harga bawang merah akan kembali normal mulai bulan Juni. Penurunan harga terjadi seiring dengan produksi panen di bulan tersebut yang akan surplus atau melebihi perkiraan kebutuhan.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengakui harga bawang merah di tingkat konsumen relatif tinggi. Pasalnya, produksi komoditas tersebut pada bulan Mei ini minus sebesar 3.782 ton dari perkiraan kebutuhan.

Baca Juga

"Bulan Juni sudah mulai ada sedikit panen. Insya Allah Juni kita ada surplus sekitar 5.296 ton," kata Prihasto di Jakarta, Selasa (12/5).

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) per Selasa menunjukkan, harga rata-rata bawang merah nasional mencapai Rp 52.000 per kilogram (kg). Berdasarkan data Early Warning System (EWS) Kementan, pada Mei ini produksi bawang merah diproyeksi hanya 82.051 ton, sedangkan kebutuhannya mencapai 85.833 ton, sehingga terdapat minus 3.782 ton.

Namun demikian, Prihasto memaparkan bahwa masih ada stok carry over dari bulan-bulan sebelumnya sebesar 78.785 ton. Stok tersebut tersebar di masyarakat, mengingat bawang merah yang bisa bertahan 1-2 bulan jika dikeringkan.

Sementara itu, panen bawang merah pada Juni mendatang diperkirakan mencapai 86.474 ton dengan produksi tertinggi di Jawa Tengah. Jika dilihat dari kebutuhannya berkisar 81.178 ton, terdapat surplus bawang merah di bulan Juni mencapai 5.296 ton.

Prihasto mengatakan tingginya harga bawang merah dipengaruhi oleh musim tanam yang mundur, di mana musim hujan baru mulai sekitar Desember 2019. Akibatnya, petani lebih memilih menanam padi di lahan yang biasanya ditanami bawang merah.

Menurut dia, petani akan menanam bawang merah setelah tanam padi atau usai musim hujan. Hal itu karena jika penanaman bawang merah dilakukan saat musim hujan, biaya produksi akan lebih mahal dan ancaman serangan penyakit, serta potensi kebanjiran lebih rentan.

Namun demikian, Prihasto menilai kondisi ini tidak perlu dirisaukan, mengingat tingginya harga bawang merah ini, di sisi lain menjadi berkah untuk petani. "Dalam situasi ini, petani merasa lega karena tahun 2019 lalu, mereka mengalami kerugian cukup besar saat bawang merah hanya dihargai Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per kg, sekarang di level petani sudah di atas Rp 30.000 per kg," kata Prihasto.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement