EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai ekspor makanan Indonesia mencapai 29,3 miliar dolar AS sepanjang 2019. Sektor ini menjadi salah satu prioritas utama kontribusi Indonesia dalam rantai halal global.
Dikutip dari Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2019 Bank Indonesia yang diluncurkan Mei 2020, kontribusi Indonesia di pasar global akan fokus pada sektor makanan dan minuman, obat-obatan dan kosmetik, dan fesyen. Ini sesuai dengan potensi utama yang dimiliki Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menyampaikan, di tengah perlambatan ekspor bahan makanan halal akibat melambatnya permintaan global, sektor makanan halal tetap tumbuh tinggi yakni mencapai 7,8 persen. Dari sisi eksternal, ekspor bahan makanan halal tercatat mengalami penurunan pada semester-I 2019, sebelum akhirnya kembali mengalami perbaikan.
Secara total, nilai ekspor bahan makanan halal Indonesia pada 2019 mencapai 29,8 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 7,6 persen dibandingkan periode sebelumnya. Secara total kinerja sektor ini masih berdaya tahan, ditopang oleh permintaan domestik dan netto ekspor yang masih mencatat surplus sebesar 12,4 miliar dolar AS.
Pada tahun sebelumnya, nilai ekspor bahan makanan halal Indonesia mencapai 15,4 persen dari total ekspor makanan halal. Potensi sumber pertumbuhan ekonomi lainnya dari industri halal juga terlihat pada sektor pariwisata ramah Muslim, dimana Indonesia menempati peringkat pertama pada Global Muslim Travel Index 2019.
Indonesia memiliki potensi besar dalam mendorong sektor industri halal menjadi market leader, bukan hanya sebagai target pasar. "Bonus demografi membuka peluang besar bagi pelaku industri halal nasional untuk mendorong peningkatan produksi dan menjadi pemain utama dalam industri halal global," ungkap Dody.
Peningkatan produksi tersebut selanjutnya berpotensi untuk memperbesar ekspor produk halal Indonesia. Nilai konsumsi untuk industri halal secara global diprakirakan akan mencapai 3,2 triliun dolar AS pada 2024. Sehingga peluang harus dijemput.