EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menggelontorkan berbagai stimulus ekonomi, salah satunya adalah stimulus listrik. Stimulus listrik diharapkan dapat mengerek konsumsi listrik.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Iswahyudi memaparkan, sejak Covid-19 merebak konsumsi listrik turun tajam, terutama pada Mei 2020 yang turun hingga 10,73 persen. Memasuki Juni-Juli 2020, pertumbuhan konsumsi listrik berangsur membaik.
"Bagi kami ini membahagiakan walaupun sampai Juli year on year cuma tumbuh 0,51 persen. Dengan kondisi perekonomian yang cenderung minus, konsumsi listrik masih dalam batas positif," ujar Hendra dalam diskusi virtual, Selasa (18/8).
Pada Juli 2020, realisasi penjualan listrik PLN tercatat mencapai 20,19 terawatt hour (TWh) atau turun 2,01 persen bila dibandingkan Juli 2019. Namun, secara akumulasi Januari-Juli 2020, pertumbuhan konsumsi listrik PLN tercatat mencapai 138,63 TWh atau naik 0,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan konsumsi paling tinggi berasal dari sektor pelanggan rumah tangga yang mencapai 10,08 persen. Peningkatan juga terjadi pada golongan traksi, curah, dan pelayanan khusus yang naik 40,16 persen. Adapun, sektor pemerintah hanya tumbuh 0,71 persen, seiring dimulainya aktivitas di kantor.
Sementara itu, konsumsi listrik di sektor bisnis tercatat turun 7,43 persen. Konsumsi listrik industri turun 8,22 persen, dan sosial turun 1,64 persen.
Hendra berharap tren pertumbuhan listrik ini akan berlanjut seiring telah diberlakukannya kebijakan stimulus keringanan tagihan listrik yang diberikan kepada pelanggan rumah tangga daya 450 VA dan 900 VA bersubsidi, pelanggan UMKM (bisnis kecil 450 VA dan industri kecil 450 VA ), serta pelanggan sosial, bisnis, industri, dan layanan khusus.
"Mudah-mudahan di Agustus, September, Oktober ini dengan penguatan stimulus pemerintah, tren konsumsi listrik makin naik karena konsumsi sudah melewati angka psikologis 20 TWh. Ini tren positif," katanya.