Kamis 10 Sep 2020 00:47 WIB

Suntikan Modal Rp 20 Triliun tak Cukup Selamatkan Jiwasraya

Ekuitas Jiwasraya dalam posisi minus.

Rep: Muhammad Nursyamsi, Retno Wulandari/ Red: Nidia Zuraya
Seorang teller melayani nasabah di kantor pelayanan Jiwasraya.
Foto: Dok. Republika
Seorang teller melayani nasabah di kantor pelayanan Jiwasraya.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Chief Economist Danareksa Sekuritas Telisa Aulia Falianty menilai Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 20 triliun kepada PT Bahana Pembiayaan Usaha Indonesia (BPUI) belum dapat menyelesaikan persoalan Jiwasraya. Pasalnya, ekuitas Jiwasraya berada pada minus Rp 36 triliun.

"Masih ada gap di situ," ujar Telisa dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Rabu (9/9).

Baca Juga

Kendati begitu, Ekonom UI itu optimistis pemerintah, baik itu Kementerian BUMN maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memiliki prospek bisnis yang baik dari Jiwasraya. Telisa mengatakan pemerintah telah melakukan perhitungan dan kajian sebelum memberikan PMN. Terlebih, lanjut Telisa, upaya restrukturisasi juga tengah dijalankan.

"Jiwasraya melakukan restrukturisasi kepada pemegang polis semua produknya dengan agenda utama menurunkan bunga yang sebelumnya dijanjikan sebesar 13 persen sampai 14 persen menjadi 6 persen sampai 7 persen," ucap Telisa.

Kata Telisa, nasabah yang setuju akan dipindahkan ke perusahaan cangkang, PT Nusantara Life yang berada di bawah BPUI. Telisa berharap langkah restrukturisasi juga dibarengi dengan //reward and punishment// terhadap orang-orang yang terbukti salah secara hukum. Menurut Telisa, persoalan Jiwasraya sudah ada sebelum pandemi sehingga sudah ada moral hazard di sektor keuangan. Untuk itu, ia menilai harus ada pembenahan secara menyeluruh.

"Untuk mendapatkan suntikan dana sudah tidak memungkinkan dengan menerbitkan surat utang (bond). Hal ini lantaran likuiditas industri keuangan tengah ketat. Risikonya yieldnya mahal, sama saja," ungkap Telisa.

Sementara itu, PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) selaku holding BUMN asuransi dan penjaminan akan mendirikan perusahaan asuransi baru bernama IFG Life. IFG Life ini didirkan untuk menyelamatakan para pemegang polis yang terjebak di PT Asuransi Jiwasraya.

"Asuransi ini nantinya akan mencoba menyelamatkan pemegang polis yang direstrukturisasi di Jiwasraya," kata Direktur Utama BPUI Robertus Bilitea di Jakarta, Rabu (9/9).

Menurut Robertus, pihaknya memiliki alasan yang kuat untuk kembali mendirikan perusahaan asuransi jiwa sebagai solusi penyelamatan Jiwasraya. Robertus melihat, industri asuransi jiwa memiliki pasar yang sangat luas sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan.

Robertus menyebut, pendirian IFG Life ini nantinya akan membutuhkan modal senilai Rp 24,7 triliun. Adapun modal paling besar yaitu senilai Rp 20 triliun akan bersumber dari penanaman modal negara (PMN).

Sementara sisanya, PBUI akan melakukan fundrising sekitar Rp 4,7 triliun menggunakan dividen anak usaha sebagai sumber pembayaran. PBUI juga berencana melakukan divestasi terhadap anak usaha Jiwasraya, Asuransi Jiwasraya Putra, yang diperkirakan akan menghasilkan Rp 2 triliun.

"Dengan begitu, IFG Life akan menampung porfolio Jiwasraya dan akan menjadi perusahaan asuransi yang sehat," kata Robertus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement