EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Adaro Energy semakin optimistis dalam pengembangan batubara kokas atau cooking coal. Bahan baku utama hilirisasi baja ini akan diseriusi oleh Adaro pada tahun depan. Tahun depan perusahaan mentargetkan produksi batubara kokas bisa naik dua kali lipat.
Chief Financial Officer Adaro Energy, Lie Luckman, menjelaskan pada tahun ini produksi cooking coal Adaro berkisar antara 1 sampai 1,1 juta ton. Ini diproduksi dari tambang cooking coal milik Adaro di Kalimantan Tengah. Targetnya, pada tahun depan produksi cooking coal bisa mencapai 2 juta ton.
"Kita optimistis tahun ini AMC bisa sampai 1-1,1 juta. Tahun depan dengan semakin lancar proses produksi kita juga lebih mengenal mining sequel dan maintaince lebih jelas, produksi bisa minimal double dari tahun ini," ujar Lie dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/10).
Lie juga menjelaskan secara paralel perusahaan juga akan meningkatkan infrastruktur tambang di Kalimantan Tengah. Hal ini dilakukan agar sistem logistik yang sudah lancar di Adaro Indonesia (Tambang batubara thermal) juga bisa diterapkan di tambang cooking coal.
"Kita harapkan tahun ini, karena ini medannya juga baru, di Kalteng. Kondisinya juga ini kan lebih hulu dibandingkan AI. Jadi kami sedang pelajari jalur logistik kita. Baik masuknya fuel dan sistem pengangkutan," ujar Lie.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir juga menjelaskan untuk pasar cooking coal sendiri memang sangat besar. Baik dalam negeri maupun pasar global. Sebab, semangat hilirisasi baja yang juga sedang dilakukan sekarang ini membutuhkan pasokan cooking coal yang cukup banyak.
"Saya liat juga prospek cooking coal akan sangat baik dan ini visi kita kedepan juga. Cooking coal kita bisa menjadi kontributor besar juga. Ada ekspor dan dalam negeri. Dan juga ada produk hilirisasi. Ini yang menjadi prospek kedepan," ujar Garibaldi dalam kesempatan yang sama.
Namun senada dengan Lie, Garibaldi juga mengakui bahwa perusahaan harus meningkatkan sistem logistik untuk cooking coal ini. Harapannya dengan semakin tertatanya sistem logistik maka bisa meningkatkan pengangkutan dan produksi cooking coal kedepan.
"Tantangannya ya masalah logistik kan. Bisnins model kita kan tapi kesana arahnya. Pengangkutan dari Kalteng ke pasar ekspor dan dalam negeri kita akan lakukan sedemiakn rupa sehingga bisnis model yang sudah kita tarapkan di AI, kita akan terapkan lagi di cooking coal," ujar Garibaldi.