EKBIS.CO, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio mendorong agar kegiatan pendampingan desa wisata yang bekerja sama dengan perguruan tinggi lebih menggali dan mengangkat potensi sumber daya alam maupun budaya lokal setempat.
Ia berharap aktivitas ekonomi desa dapat semakin menggeliat dan meningkat manfaatnya, terutama bagi para pelaku parekraf dan masyarakat desa.
“Apalagi, saat ini kita harus berjuang membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, yang terdampak pandemi. Melalui pendampingan desa wisata ini, kami menaruh cita-cita besar agar aktivitas perekonomian dan semakin menggeliat pascapandemi,” kata Wishnutama dalam keterangan resminya, Kamis (3/12).
Wishnutama menjelaskan, Kemenparekraf telah melakukan restrategi kepariwisataan, yaitu dari pariwisata berdasar kuantitas menuju pariwisata berkualitas. Setelah pandemi, ia meyakini pariwisata berkualitas merupakan masa depan sektor pariwisata Indonesia.
Pariwisata berkualitas adalah konsep pariwisata yang memberikan pengalaman berbeda, unik, dan tidak ada di tempat asalnya.
“Ke depan, wisatawan akan cenderung memilih untuk berlibur ke tempat yang berkualitas, memiliki keunikan tersendiri, aman dari Covid-19 dan berkomitmen dalam menerapkan protokol. Saya melihat kita sudah punya kekuatan besar untuk menyediakan pengalaman otentik kepada wisatawan, yaitu lewat desa wisata,” ujarnya.
Pada akhir 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1.734 desa wisata dari total 83.931 desa yang tersebar di Indonesia.
Di level internasional, sejumlah desa wisata di Indonesia juga sudah mendapat pengakuan. Pada 2019 terdapat empat desa wisata yang masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD), yaitu Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul (DIY), Desa Pentingsari di Kabupaten Sleman (DIY), Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng (Bali), dan Desa Adat Penglipuran di Kabupaten Bangli (Bali).
Kemenparekraf mencanangkan sebanyak 205 Desa Wisata Mandiri pada 2024. Rencana tersebut, kata dia, membutuhkan kerja sama yg intensif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, industri, dan masyarakat desa.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya menambahkan, Kemenparekraf memberikan apresiasi khusus kepada 20 perguruan tinggi yang melatih dan mendampingi desa wisata sehingga tata kelolanya menjadi semakin baik dan profesional.
"Mereka melakukan Training of Trainer (ToT) bagi para pengajar atau dosen yang mendampingi desa wisata dengan cakupan materi seperti sadar wisata, sapta pesona, protokol CHSE, pelayanan prima, dan pengembangan potensi produk pariwisata," katanya.