EKBIS.CO, BOGOR--Rektor Institut Pertanian Bogor, Arif Satria apresiasi capaian produksi pertanian. “Ini kabar gembira bahwa beras aman, bahwa surplus, sehingga kita bisa mengawal 2021 tetap dengan angka surplus yang bagus,”ujar Arif saat mengikuti pembahasan food estate yang diselenggarakan Kementan hari Sabtu (9/12).
Sekali lagi Arif menyebut terkait angka stok beras merupakan kabar gembira, menurutnya yang harus diantisipasi selanjutnya adalah ketersediaan beras ada dimana. “Karena indikator di pasar pasti soal harga dan kemudahan mendapat beras,” kata Arif.
Data KSA BPS selama 3 tahun terakhir ini menggunakan metode baru menggantikan metode lama. Pada tahun 2018 lalu produksi beras sebesar 33,94 juta ton dengan konsumsi 28. Stok akhir 2018 sebesar 4,3 juta ton beras. Kemudian tahun 2019 meskipun ada el nino produksi beras masih bisa sebesar 31,31 juta ton dengan konsumsi 28,93 juta ton beras. Stok akhir 2019 sebesar 6,7 juta ton beras yang terdapat baik di petani, penggilingan, pasar, bulog dan horeka.
Selanjutnya angka prognosa Januari sampai Desember 2020 prakiraan produksi beras 31,49 dengan konsumsi 29,37 juta ton, akan ada surplus 2,13 juta ton. Sehingga stok kumulatif akhir Desember perkiraan sebesar 8,8 juta ton beras.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi yang hadir saat itu menyatakan keoptimisannya bahwa kondisi beras aman. “Sampai dengan akhir tahun kita sudah over supply dan saya rasa seperti yang selalu disampaikan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa meskipun Indonesia dilanda pandemi covid 19 namun sektor pertanian ini terus bergerak bahkan membuktikan ketangguhannya tidak hanya dari sisi produksi namun juga meningkat dari PDB, NTP maupun ekspornya,” ujar Suwandi.
Adanya kelebihan stok dibuktikan dengan harga yang turun. Perlu diketahui harga gabah bulan November menurun dibanding Oktober dan menurun lagi dibanding September. “Jadi memang benar ada over supply,” ungkap Suwandi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi penurunan harga beras untuk semua jenis pada November 2020. Jenis beras premium, medium, dan luar kualitas di penggilingan menurun baik secara bulanan maupun tahunan.
Beras jenis premium harganya turun 1 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dan turun 0,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.Beras jenis mediumturun 0,82 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 1,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara harga beras luar kualitas turun 0,57 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau turun 1,63 persen dibandingkan November tahun 2019.
Pergerakan harga beras di penggilingan ini sejalan dengan perkembangan harga gabah baik di tingkat petani maupun di penggilingan. Setianto mengatakan untuk harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun 1,93 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dan turun 7,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Sementara untuk gabah kering giling (GKG) di tingkat petani turun 1,74 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau turun 5,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Terkait pendataan stok beras, Suwandi mengatakan bahwa Kementan telah bersurat kepada semua pemangku di daerah yaitu Gubernur, Bupati dan Walikota untuk masing-masing wilayah mendata stok beras. Pendataan ini menurutnya perlu segera eksekusi terutama untuk melihat sebaran stok beras ada dimana. “Kami akan lakukan mapping daerah surplus dan daerah lainnya. Terutama tindaklanjutnya bagi daerah yang membutuhkan harus ada pola logistik bagaimana nantinya supaya distribusi bisa lancar,” kata Suwandi.