Guna menyiapkan jaringan menuju 5G, XL Axiata juga terus melanjutkan proses fiberisasi jaringan. Fiberisasi ini untuk mendukung peningkatan kualitas jaringan data di setiap area karena salah satu manfaat dari proses ini adalah kapasitas jaringan transport menjadi lebih besar.
Beban operasional per akhir 2020 turun sebesar 15 persen YoY yang didorong oleh berkurangnya beban infrastruktur hingga 30 persen YoY. Hal ini sebagai hasil dari adopsi IFRS 16. Interkoneksi dan beban langsung lainnya juga turun 25 persen YoY terutama karena interkoneksi yang lebih rendah sebagai akibat dari penurunan trafik layanan SMS dan voice.
"Selain itu, beban pemasaran menurun 8 persen YoY karena pergeseran pengeluaran yang kini lebih banyak pada penggunaan saluran digital.
Dari sisi kondisi finansial, menurut Dian, neraca perusahaan tetap sehat dengan saldo kas yang lebih tinggi setelah mendapat tambahan dari hasil penjualan menara. Free Cash Flow (FCF) juga ada pada tingkat yang sehat, yaitu sebesar Rp 6,46 triliun atau meningkat hingga 76 persen YoY.
"XL Axiata saat ini juga tidak memiliki pinjaman dalam denominasi Dollar AS, sebesar 67 persen di antaranya berbunga floating dan masa jatuh tempo yang tidak bersamaan," terang Dian.
Dian mengatakan XL Axiata melihat sejumlah peluang positif di dalam Industri Telekomunikasi Indonesia. Salah satunya adalah terkait kemungkinan terjadinya konsolidasi operator, di mana hal tersebut akan membawa dampak yang menyehatkan Industri Telekomunikasi secara umum.