EKBIS.CO, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memastikan akan memprioritaskan kesejahteraan peternak. Salah satunya dengan menjaga stabilisasi perunggasan nasional.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah menyampaikan, untuk menjaga keseimbangan supply and demand, pihaknya telah melakukan pengendalian produksi DOC FS yang dilakukan melalui afkir dini PS dan cutting telur tetas (HE) fertil umur 19 hari.
"Dampak dari pengendalian produksi DOC FS berkorelasi positif terhadap pergerakan harga live bird (LB) membaik di tingkat peternak (>HPP). Karena cutting HE dan afkir dini PS telah terbukti efektif secara signifikan," ujar Nasrullah.
Diketahui, potensi produksi DOC FS bulan Juli 2021 tercatat sebanyak 296.250.363 ekor, dikurangi dampak afkir dini PS sebanyak 2.185.978 ekor, sehingga produksi DOC FS bulan Juli 2021 menjadi sebanyak 294.064.385 ekor. Sementara, kebutuhan DOC FS diestimasi sebanyak 224.642.470 ekor, maka terdapat potensi surplus DOC FS sebanyak 69.421.915 ekor.
Potensi produksi bulan Juli 2021 tersebut dikalkulasikan menjadi daging (karkas) ayam pada bulan Agustus 2021 sebanyak 324.241 ton atau setara dengan livebird sebanyak 276.420.522 ekor.
Sedangkan, pada bulan Agustus kebutuhan daging ayam diestimasikan sebanyak 247.695 ton atau setara livebird sebanyak 211.163.922 ekor. Sehingga, terdapat surplus daging ayam di bulan Agustus 2021 sebanyak 76.546 ton.
Untuk mengatur dan mengendalikan produksi daging ayam di bulan Agustus 2021, Ditjen PKH Kementan melakukan pengurangan DOC FS melalui cutting HE fertil umur 19 hari di bulan Juli 2021 sebanyak 71.230.357 butir atau setara pengurangan DOC FS sebanyak 66.992.148 ekor.
"Namun, harga komoditas pertanian seperti ayam potong (livebird) pada umumnya memang terbentuk dari mekanisme pasar," ungkap Nasrullah.
Untuk itu, pemerintah telah memberikan referensi harga sebagai acuan melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 20 tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.
Ayam potong dalam bentuk hidup (livebird) merupakan komoditas pertanian yang rentan terhadap dinamika supply dan demand dan cenderung fluktuatif. Pandemi Covid-19 juga ikut mempengaruhi penurunan demand sehingga menekan harga ayam terpanen di kandang.
"Nah, ini yang membuat dampak secara langsung terhadap fluktuatif harga yang cenderung kontraksi menurun di bawah HPP tingkat peternak," imbuh Nasrullah.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHNak) Ditjen PKH Kementan, Fini Murfiani mengatakan pihaknya telah melakukan beberapa upaya dalam pengendalian stabilisasi perunggasan tengah harga yang fluktuatif.
Ia menyebut, Direktorat PPHNak telah melaksanakan fasilitasi pemasaran secara digital melalui market place berbasis online untuk memasarkan livebird. Misalnya melibatkan Lazada, Sayurbox, Tokopedia dan Grab.
"Selain itu, kami juga telah melakukan promosi Gemar Makan Ayam (GEMAYA) dengan tujuan meningkatkan konsumsi daging ayam di masyarakat sehingga permintaan dalam negeri terhadap daging ayam meningkat," ujar Fini.
Ia menambahkan, pihaknya juga telah melaksanakan sosialisasi kampanye digital melalui web landing page Gemaya di website http://gemaya.ditjenpkh.pertanian.go.id ditambah dengan pelaksanaan lomba kompetisi foto dan resep masakan serta video digital kampanye Gemaya.
Kemudian, melakukan percepatan ekspor unggas dan produk unggas dengan penyelesaian pemenuhan persyaratan tambahan untuk produk daging ayam, daging ayam olahan dan telur konsumsi ke Singapura.
"Kami juga mendorong pelaku usaha negosiasi dan persiapan ekspor HE ke Timor Leste, selain mendorong penyelesaian sertifikasi kompartemen bebas AI prioritas pada unit usaha unggas siap ekspor," ucap Fini.
Dikatakan Fini, Direktorat PPHNak selalu berkoordinasi dengan pelaku usaha dan Badan Ketahanan Pangan serta Bulog dalam pelaksanaan Gelar Pasar Murah. Koordinasi juga dilakukan dengan kementerian dan lembaga terkait serta para pemangku kebijakan dalam rangka stabilisasi harga.
Di samping itu, bantuan berupa sarana dan prasarana untuk UPH pengolahan unggas (daging dan telur) juga diberikan. Lalu, melakukan kajian feasibility study untuk melihat ketersediaan telur ayam ras dan kesiapan peternak dlm mensuplai telur apabila ada kegiatan industri pengolahan tepung telur.
"Dan memberikan bantuan fasilitas lainnya seperti sertifikasi ayam organik, memberikan pelatihan dan bimtek, serta mengikutsertakan produk unggas dan olahannya produksi UMKM dalam pameran," tutur Fini.