EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) memiliki sejumlah strategi dalam meningkatkan pertumbuhan kinerja perusahaan. Seperti diketahui, perseroan mencatat laba tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal III 2021.
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan perusahaan terus memperkokoh dominasi pada industri petrokimia berbasis natural gas serta memperkuat posisi di sektor agrikultur melalui pengembangan agri input, crop protection, dan agri services. Selain itu, lanjut Rahmad, Pupuk Kaltim juga akan melakukan diversifikasi guna mewujudkan visi Pupuk Kaltim menjadi perusahaan berkinerja unggul kelas dunia yang fokus pada bidang nutrisi tanaman, agrisolusi, dan kimia, dengan mengembangkan industri kimia berbasis energi baru terbarukan (EBT).
"Diversifikasi sekarang kita sedang membangun pabrik Ammonium Nitrate dan juga mengembangkan pabrik lain yang terintegrasi," ujar Rahmad saat konferensi pers bertajuk 'Strategi Pupuk Kaltim Tutup 2021 dengan Kinerja Positif' pada Selasa (12/10).
Rahmad menyebut diversifikasi sebagai salah satu upaya perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan ke depan. Rahmad menyebut Pupuk Kaltim akan semakin fokus dalam menggarap sektor hilirisasi dalam meningkatkan nilai tambah, salah satunya dengan membangun industri kimia berbasis energi baru terbarukan (EBT).
"Industri kimia berbasis EBT jadi pijakan masa depan perusahaan. Potensi produk kimia berbasis EBT besar sekali dan kita dapat mengurangi impor produk jadi karena bahan bakunya banyak di Indonesia," ucap Rahmad.
Selain diverifikasi, lanjut Rahmad, perusahaan juga telah dan akan terus menerapkan digitalisasi dalam setiap proses bisnis. Kata Rahmad, Pupuk Kaltim telah melakukan digitalisasi pada hampir semua proses bisnis, mulai dari produksi, distribusi, hingga logistik.
"Kita juga punya AI yang dapat prediksi harga dengan parameter tertentu. Hal itu sangat membantu kami dalam menjalankan proses bisnis yang efisien dan tepat," ungkap Rahmad.
Direktur Operasi dan Produksi Pupuk Kaltim Hanggara Patrianta menyebut digitalisasi sudah menjadi keharusan bagi perusahaan. Hanggara mengatakan Pupuk Kaltim telah memiliki Smart Production yakni sistem big data yang mengintegrasikan data penumatik dan Distributed Control System (DCS) dengan data operasional, seperti hasil maintenance, inspeksi, dan tes laboratorium.
"Kalau dulu operator kita masih manual. Dengan smart production, semua terdigitalissdi menjadi satu platform dan kalau ada masalah akan lebih cepat teratasi," ujar Hanggara.
Direktur Keuangan dan Umum Pupuk Kaltim Qomaruzzaman optimistis pencapaian laba per kuartal III 2021 yang sebesar Rp 4,19 triliun atau 288 persen dari RKAP kuartal III 2021 akan meningkat hingga Rp 5 triliun pada akhir tahun.
"Katalis positif ialah harga Urea dan Amoniak cukup tinggi. Dari sisi biaya produksi kita sudah melakukan efisiensi konsumsi gas," ujar Qomaruzzaman.
Qomaruzzaman menilai sektor pangan menjadi salah satu industri yang tidak mengalami pengaruh negatif akibat pandemi.
"Alhamdulilah untuk industri pangan, pupuk, para petani tetap bertanam dan ini relatif stabil, bahkan akhir tahun ekspor kita semakin baik dan ini mendorong pendapatan kita," ungkap Qomaruzzaman.
Qomaruzzaman meyakini target Ebitda sebesar Rp 10 triliun yang dicanangkan pada 2026 atau 2027 dapat terealisasi lebih cepat. Qomaruzzaman mengatakan Ebitda Pupuk Kaltim per kuartal III 2021 sudah mencapai Rp 6,4 triliun.
Qomaruzzaman mengatakan perusahaan juga berencana melakukan berbagai ekspansi dengan fokus pada hilirisasi dan peningkatan efisiensi melalui sejumlah pembangunan pabrik baru yang memerlukan investasi senilai 2 miliar dolar AS untuk lima tahun ke depan.
Senior Executive Vice President Komersil Pupuk Kaltim Meizar Effendi mengatakan 90 persen pendapatan Pupuk Kaltim disumbang oleh Urea dan Amoniak. Melalui diversifikasi, ucap Meizar, perusahaan memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan dari sisi lini bisnis yang lain di luar Urea dan Amoniak.
"Dengan adanya diversifikasi akan dapat pendapatan lain sehingga dalam jangka panjang semakin menguatkan kestabilan pendapatan perusahaan dari yang selama ini kita tergantung pada Urea dan Amoniak," kata Meizar.