EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng dua ahli pemuliaan genetika bidang perikanan budidaya yaitu Profesor Alimuddin dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Doktor Asep Anang dari Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk membenahi sistem penyediaan induk udang vaname unggul. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu saat kunjungan kerja ke Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem Bali, Jumat (29/10).
"Saya datang ke sini untuk membahas, bagaimana kita bisa berkontribusi sebagai prime mover untuk menghasilkan induk udang vaname unggul. Jadi saya ajak Profesor Alimuddin dan Doktor Asep Anang," ujar Haeru dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (2/11).
Haeru ingin diskusi banyak terkait dengan teknis bagaimana Indonesia bisa menghasilkan induk udang yang unggul nantinya. KKP, ucap Haeru, ingin menjadikan BPIU2K Karangasem sebagai ujung tombak KKP dalam menyediakan induk udang vaname yang unggul dan berkualitas di Indonesia.
"Mulai hari ini kita tunjukkan BPIU2K di Karangasem ini betul-betul bisa menjawab tantangan saat ini yang sedang kita usung yaitu dua program terobosan di perikanan budidaya," ucap Haeru.
Menurut Haeru, BPIU2K Karangasem telah memiliki fasilitas, di antaranya Nucleus Center sebagai tempat proses produksi benih udang vaname, kemudian Tambak Uji Performa untuk tempat proses uji multilokasi udang vaname, serta fasilitas Multiplication Center sebagai tempat pembesaran calon induk dan induk udang vaname.
"Di Balai Karangasem ini, ada dua pendekatan strategi yang sudah dilakukan yaitu seleksi famili dan seleksi individu. Nanti mohon tanggapan profesor karena teman-teman di balai sudah melaksanakan perekayasaan. Tolong kami diberikan saran supaya bisa konkret untuk dilaksanakan kedepannya," sambung Haeru.
Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Victor Manoppo mengatakan BPIU2K Karangasem memiliki peluang sangat besar untuk penyediaan induk udang unggul."Intinya bahwa balai-balai yang ada di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya ini menjadi kelengkapan dari pada Menteri Trenggono untuk mengembangkan yang menjadi sasaran beliau ke depan khususnya peningkatan produksi udang nasional," ujar Victor.
Asep Anang yang juga ahli genetis di Shrimp Improvement Systems (SIS) menyampaikan fasilitas yang dimiliki BPIU2K Karangasem sudah menyalin dari SIS yang ada Hawaii dan Florida Amerika Serikat. "Jadi saya sudah beberapa kali ke Balai Karangasem dan sudah bagus, cuma dulu perlu perbaikan water filter system nya saja. Jadi saya kira kalau dilihat dari fasilitas di kita itu betul-betul bagus. Mungkin kalau saya berpikir tinggal keseriusan saja," ujar Asep.
Asep menyarankan untuk perbaikan performa udang di Indonesia melalui traceability. "Performa udang dilacak dari mulai induk sampai ke tambak. Performa hatchery bagaimana. Jadi kalau ada masalah kita bisa traceback (melacak kembali) ke galur murninya," ungkal Asep.
Alimuddin yang juga Dosen di Departemen Akuakultur IPB ini menyampaikan BPIU2K Karangasem mampu menjadi penyediaan induk udang vaname unggul. "Kalau kita fokus memproduksi induk harus serius, lihat lagi protokol pemuliaan yang sudah kita lakukan," kata Alimuddin.
Alimuddin menekankan untuk pembagian tugas pada Unit Pelaksana Tugas (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang menangani produksi udang. "Detailnya kita harus menghitung berapa persen kebutuhan induk pada saat kita ingin memproduksi 2 juta itu. Ini dibebankan ke siapa saja, misalnya Sumatera dari Balai Ujung Batee, kemudian Balai Takalar untuk wilayah timur, lalu Balai Jepara untuk bantu Jawa dan sekitarnya. Itu dibagi-bagi mungkin akan mengurangi beban Balai Karangasem," ungkap Alimuddin.
BPIU2K Karangasem tercatat memiliki 42.578 calon induk, yaitu calon induk udang vaname sebanyak 12.578 ekor, dan calon induk vaname nusantara generasi ke-4 (VN-G4) sebanyak 30 ribu ekor.
Kemudian, jumlah induk udang vaname sekitar 875 ekor induk, yang terdiri atas masing-masing untuk induk vaname (dari 4 sumber genetik) sebagai bahan pemuliaan induk galur murni tumbuh cepat sebanyak 400 ekor, induk vaname hasil impor dari Konabay sebagai sumber genetik untuk seleksi individu dan famili sebanyak 225 ekor serta induk vaname nusantara (VN-G4) sebagai sumber daya genetik hasil seleksi famili sebanyak 250 ekor.
Sebelumnya, Menteri Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan KKP menargetkan 2024 secara nasional produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton atau peningkatan nilai ekspor udang nasional sebesar 250 persen hingga 2024.
"Saya mengharapkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan bangsa," kata Trenggono.