EKBIS.CO, JAKARTA -- Sepanjang 2021 banyak fenomena mengenai aset kripto yang terjadi. Pada tahun depan, performa aset kripto diharapkan lebih baik lagi dengan adanya ekosistem terbaru.
CEO Indodax Oscar Darmawan memprediksi pada tahun depan ada suatu ekosistem baru setelah pada 2020 ada DeFi, hype NFT dan Metaverse. Tentunya, ekosistem ini juga tidak akan ditinggalkan, meskipun ekosistem yang baru terbentuk.
“Tidak hanya perihal ekosistem, setelah adanya pergerakan dari negara El Salvador yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, tentu akan ada negara lainnya yang menyusul,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (29/12).
Menurutnya pada tahun ini Bitcoin menjadi semakin mainstream. Oscar melihat orang awam yang biasanya tidak tahu apa itu bitcoin, menjadi mulai mendengar dan mulai aware soal bitcoin, sekarang sudah digunakan sebagai devisa negara dan masuknya institusi investor.
“Dulu negara belum pernah sama sekali mempertimbangkan Bitcoin sebagai devisa. Namun pada tahun ini, negara El Salvador yang kabarnya nantinya juga akan diikuti oleh negara Amerika Selatan lainnya yang selama ini terikat dengan dolar AS mempertimbangkan Bitcoin sebagai devisa negaranya,” kata Oscar.
Perihal IMF yang cukup banyak memberikan statement menentang Bitcoin, Oscar merasa pada 2022 market sudah kebal dan pendapat IMF yang kadang cukup menantang kripto bukanlah sesuatu yang bisa benar benar menggerakkan market.
Pada Januari 2021, Bitcoin berada Rp 500 juta bahkan sudah menyentuh angka 737 juta. Bitcoin sudah naik sekitar 47,4 persen bahkan pernah menyentuh harga all time high pada November dengan harga hampir Rp 1 miliar.
“Ini menandakan bahwa Bitcoin adalah aset kripto yang baik investasi jangka panjang,” ucapnya.
Tak hanya bitcoin, Oscar juga membahas perihal kripto market cap terbesar setelah Bitcoin, yaitu Ethereum. Seperti yang sudah diketahui Ethereum sudah berevolusi menjadi Ethereum 2.0. Dengan evolusi Ethereum 2.0, kecepatan, efisiensi, dan skalabilitas jaringan Ethereum pun semakin meningkat sehingga dapat memproses lebih banyak transaksi dan mengurangi kemacetan.
“Secara teknologi, harga, dan ekosistem sebenarnya Ethereum sudah mengungguli Bitcoin. Ethereum itu bagus ekosistemnya juga luar biasa dan dipakai di dunia institusi juga. Tapi yang jadi masalah apakah Ethereum akan bisa scale up lagi atau tidak untuk menurunkan biaya transaksinya karena biaya gas dari Ethereum ini adalah kuncinya. Jika 2022 pengembang dari Ethereum ini bisa menurunkan gas fee nya saya kira ada kemungkinan bahwa Ethereum bisa meng off lap Bitcoin,” ucapnya.
Berdasarkan data market Indodax per 28 Desember 2021, Ethereum menyentuh di kisaran angka Rp 58 juta/1 ETH. Angka ini jika kita bandingkan dengan awal Januari 2021, harga 1 ETH hanya berkisar Rp 10 juta atau naik 480 persen.
“Kita dapat melihat bahwa performa Ethereum 2021 bahkan sempat menyentuh all time highnya angka 68 juta pada November 2021,” ucapnya.
Oscar melanjutkan pada 2021 orang orang juga banyak yang membahas tren Metaverse dan NFT. Metaverse yang hype karena Facebook ini, membuat orang benar benar hidup di dalam dunia maya.
Menurut Oscar, tren NFT bergantung pada kesuksesannya Metaverse. Maka dari itu menurutnya, Metaverse sangat berperan besar terhadap NFT dan dunia kripto pada 2022.
“Kalau bicara soal Metaverse dan dunia sudah digital, uang nya tidak akan tersentral. Uangnya tentu akan digital dan terdesentralisasi. Itu akan menggerakkan kripto. Sama halnya dengan kita bicara soal NFT. Lukisan digital di NFT semahal apapun jika tidak ada fungsinya buat apa,” ucapnya.
“Namun Jika kita hidup di dunia digital dan punya aset digital NFT yang harganya mahal tentu akan sangat berguna. Maka dari itu, menurut saya jika tren Metaverse ini bisa take off, maka NFT pun akan take off. Jika NFT tanpa adanya Metaverse hanya akan sebatas hype saja,” ucapnya.