Kementerian Komunikasi dan Informatika menegaskan bahwa kecakapan dan literasi digital penting dimiliki oleh masyarakat untuk memudahkan dalam bekerja atau memperoleh pekerjaan di masa yang akan datang.
"Intinya kita harus relevan. Ternyata teknologi yang berkembang ini sekarang memerlukan skill set yang berbeda dari kita. Jadi skill set yang kita miliki sudah harus di-update supaya tetap relevan dan kita bisa bekerja secara lebih efisien dan efektif," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Mira Tayyiba dalam acara Sofa Talk Series dengan tema ”Mengulik Isu dan Kecakapan Digital di Forum G20, Jumat (18/2/2022).
Baca Juga: Dorong Ruang Digital Bersih, Kementerian Kominfo Take Down 2,7 Juta Konten Negatif
Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo sekaligus Chair Digital Economy Working Group G20 2022 Mira Tayiiba menjelaskan ke depannya pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia akan mulai diambil alih oleh mesin. Namun, hal tersebut tidak serta merta menutup kesempatan manusia untuk bekerja.
Manusia bisa tetap mengerjakan hal lain yang tidak bisa lakukan oleh mesin, misalnya pengambilan keputusan atas dasar kebijakan.
"i itu tidak dimiliki oleh mesin. Itu sepenuhnya kekayaan manusia," ujar Mira.
Mira mengatakan kesenjangan yang timbul di dunia kerja akibat transformasi digital yang semakin cepat bisa ditutup dengan kemampuan literasi digital dan kecakapan digital.
Kementerian Kominfo telah menghadirkan berbagai program dalam rangka pemerataan kecakapan dan literasi digital ke masyarakat luas.
Sebelumnya, Mira Tayyiba menjelaskan Transformasi digital salah satu isu presidensi G20 yang diusung Indonesia. Dimana transformasi digital itu kemudian diurai menjadi tiga isu prioritas Digital Economic Working Group (DEWG).
Isu pertama yakni mengenai konektivitas dan pemulihan pasca Covid-19. Kedua, kecapakan dan literasi digital. Ketiga, arus data lintas batas.
Ketiganya ini keterkaitan satu dengan yang lain.
"Urgensi antara isu konektivitas dan kecapakan literasi digital, yakni dimana kita diberi alat baru, seperti anak-anak diberi mainan baru. Bagaimana seseorang dapat memakainya. Kemudian seseorang itu mengetahui dampaknya atau tidak," kata Mira.
Mira mengatakan pada DEWG minggu lalu, transformasi digital konektivitas semua berlaku secara inklusivitas. Ia mejelaskan terkadang seseorang diberi akses namun tidak mengetahui cara penggunaan dan dampaknya.
Tujuan dari konektivitas ini adalah kemampuan untuk menggunakannya. Kemudian dalam penggunaan transformasi digital harus beretika.
"Dalam beberapa tahun terakhir, data per Desember 2021. Kita sudah meng-take down 2,7 juta konten negatif," ungkap Mira.
Hal ini lantaran pemerintah melalui Kominfo ingin menciptakan ruang digital yang bersih dan sehat agar digunakan secara produktif.
"Ibarat seperti rumah atau ruangan, apabila banyak barang digunakan dan banyak sampah. Kita menggunakan ruangan tersebut secara efektif akan sulit," jelas Mira.
"Jadi pemerintah ingin secara realitis tidak mungkin membersihkan secara seteril. Tetapi masing-masing dari kita memiliki pemahaman, memiliki pengetahuan untuk memilih dan memilah, walaupun ada sampah kita tidak mengambil sampah tersebut (terprovokasi)," tambahnya.