EKBIS.CO, MOSKOW -- Nilai tukar Rubel Rusia merosot lebih jauh pada Kamis (3/3/2022), mencapai rekor terendah terhadap dolar AS dan euro. Hal itu terjadi setelah lembaga pemeringkat Fitch dan Moody's, menurunkan peringkat utang negara Rusia menjadi status "sampah" dengan alasan dampak sanksi Barat.
Pada 08.30 GMT, rubel 10 persen lebih rendah terhadap dolar AS pada 117,5 dan telah kehilangan lebih dari 7 persen terhadap euro untuk diperdagangkan pada 124,1 di Bursa Moskow. Ini menandai pertama kalinya rubel diperdagangkan di atas 110 terhadap dolar AS di Moskow.
Bank Sentral Rusia memberlakukan komisi 30 persen untuk pembelian mata uang asing oleh individu di bursa mata uang. Ini merupakan sebuah langkah yang menurut para pialang tampaknya dirancang untuk mengekang permintaan dolar AS. Namun, itu tidak banyak menghentikan penurunan rubel.
Pasar keuangan Rusia telah mengalami kekacauan sebagai dampak dari sanksi yang dijatuhkan atas invasinya ke Ukraina, serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Sementara, Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya, dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Sejak pasukan Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari, rubel turun mendekati 30 persen terhadap dolar AS. Analis mengatakan pada Kamis, kemungkinan akan tetap sangat fluktuatif.
Pemerintah telah memerintahkan eksportir Rusia untuk mengkonversi 80 persen dari pendapatan valas mereka menjadi rubel untuk mendukung mata uang lokal. Di sisi lain, orang-orang masih mengantri di bank untuk membeli dolar AS karena rubel merosot.
Perdagangan di bagian saham Bursa Moskow sebagian besar tetap ditutup pada Kamis, hari keempat pembatasan yang diperintahkan oleh bank sentral. Pada Rabu (2/3/2022) malam, dilansir dari Reuters, Fitch mengatakan bahwa sanksi AS dan Uni Eropa yang melarang transaksi dengan Bank Rusia akan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada fundamental kredit Rusia daripada sanksi sebelumnya. Sedangkan, Moody's mengatakan beratnya sanksi telah melampaui ekspektasi awal Moody dan akan memiliki implikasi kredit material.
Invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan sebagai tanggapan telah menyebabkan peringatan mengerikan tentang ekonomi Rusia, dengan Institute of International Finance memprediksi kontraksi dua digit dalam pertumbuhan tahun ini.
Pada Rabu (2/3/2022), penyedia indeks FTSE Russell dan MSCI mengatakan mereka akan menghapus ekuitas Rusia dari semua indeks mereka, setelah eksekutif puncak MSCI awal pekan ini menyebut pasar saham Rusia "tidak dapat diinvestasikan".