Rabu 20 Apr 2022 00:03 WIB

Erick Thohir Ajak 3.200 Santri Magang di BUMN

Erick Thohir menyebut peran besar para santri dan santriwati menjadi pemimpin

Red: Elba Damhuri
Erick Thohir menyebut peran besar para santri dan santriwati dalam menjadi pemimpin masa depan.
Foto: republika
Erick Thohir menyebut peran besar para santri dan santriwati dalam menjadi pemimpin masa depan.

EKBIS.CO, JOMBANG -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut peran besar para santri dan santriwati dalam menjadi pemimpin masa depan. Erick berharap generasi muda masa kini bisa membangun peradaban dan arah yang jelas bagi bangsa, dan berani menghadapi tantangan serta bisa beradaptasi atas perubahan.

"Indonesia saat ini membutuhkan generasi muda yang berani menghadapi tantangan dan siap menghadapi perubahan apapun," ujar Erick dalam kata sambutannya kepada para santri saat kunjungan safari ramadan ke Pesantren Tinggi Darul Ulum di Jombang, Jawa Timur, pekan lalu. 

Oleh karena itu, Erick menilai generasi muda Indonesia, termasuk para santri dan santriwati harus bisa mengembangkan kapasitas diri di tengah tantangan disrupsi digital. Erick mengatakan para santri tak boleh tertinggal dan harus memiliki digital mindset dan digital skill guna dalam meningkatkan nilai kompetitif diri.

"Kita perlu data scientist, kita perlu generasi muda yang mengerti artificial intelligence, kita perlu maintenance scientist. Ini merupakan kata sulit namun bukan menjadi ancaman dan ketakutan. Justru ini yang harus diambil," ucap Erick.

photo
Erick Thohir menyebut peran besar para santri dan santriwati menjadi pemimpin masa depan. - (Kemen BUMN)

 

Saat memberi kata sambutan, Erick dengan spontan meminta perwakilan santri dan santriwati untuk maju ke depan untuk menjawab sebuah pertanyaan yang 'berat' Sebanyak enam perwakilan santri dengan sigap maju ke depan untuk menjawab pertanyaan dari mantan Presiden Inter Milan tersebut.

Apa yang ditanyatakan Erick ternyata bukan sesuatu yang sulit terkait ilmu pengetahuan atau pun ilmu agama. Melainkan tentang para santri dan santriwati itu sendiri. Siapa mereka, di mana tempat tinggalnya dan cita-citanya. Perwakilan santri ini menjadi wakil dari Indonesia yang beragam, karena ada yang datang dari Lombok (NTB), Jawa Timur dan Jawa Barat.

Mereka juga memiliki cita-cita yang berbeda, seperti ingin menjadi Menteri Agama, Dokter, Psikolog, dan Akuntan Perpajakan.

Bagi Erick, perwakilan santri yang datang menjawab tantangannya untuk diberi pertanyaan adalah contoh sebuah keberanian. Ia mengenang apa yang diajarkan ayahnya Mohammad Teddy Thohir mengenai arti sebuah keberanian. 

"Ini contoh, keberanian seperti yang diajarkan almarhum bapak saya. Bahwa saya tantang yang berani ke depan, pertanyaannya susah ternyata gampang, cuma tanya cita-cita, artinya tidak ada yang susah kalau mau bekerja keras," kata Erick.

Erick melanjutkan, BUMN saat ini sangat terbuka mendorong dan melakukan kerja sama dengan pesantren-pesantren dan santri-santri untuk meningkatkan kapabilitas pendidikan bangsa Indonesia. Dengan harapan pesantren bisa menjadi mercusuar peradaban, tidak hanya pendidikan dan agama, namun juga ekonomi.

"Kita ingin santri-santri bisa menjadi bagian. Bagian yang menjadi pertumbuhan ekonomi. Makanya, BUMN punya program magang santri, hari ini sudah ke 3.200 santri yang sekarang magang di BUMN. Santri adalah SDM kelas satu, mempunyai pendidikan dan akhlak yang luar biasa," ungkap Erick.

Kehadiran Erick di pesantren di mata Fachry Ali salah satu pendiri Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (LSPEU Indonesia), diibaratkan bertemunya dunia modern dengan sejarah masa lampau.

"Negara, sebagai organisasi kekuasaan yang tertib, adalah elemen modern. Sedangkan pesantren yang kelahiran dan perkembangannya bukan saja tak berhubungan dengan negara, melainkan telah berlangsung ratusan tahun sebelum munculnya negara modern," ujar Fachry Ali.

Fahcry Ali menyampaikan pesantren mempunyai cikal bakal sejarah yang panjang di Tanah Air, yang diduga diawali oleh Syeik Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal sebagai Sunan Ampel (1401-1481).  Salah satu tokoh dari Wali Sanga ini pertama kali mendirikan padepokan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur untuk mengajarkan ilmu agama kepada para muridnya (santri).

Kemudian para santrinya kembali ke daerah masing-masing dan mengamalkan ilmu yang diajarkan Sunan Ampel dengan mendirikan padepokan. 

Lahirnya pesantren modern dengan tujuan memberi ilmu pengetahuan yang dibekali ilmu agama tercatat dimulai pada 1899 ketika tokoh ulama Kiai Hasyim Asy’ari (1871-1947) mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Kiai Hasyim juga merupakan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.

Seiring perkembangannya, pesantren-pesantren sudah semakin modern, baik dari kurikulum maupun bangunan tempat mereka menimba ilmu. Meski begitu, para santri harus memegang teguh nilai utama dari ajaran kehidupan di pesantren.

Bagi Fachry Ali, ada satu peristiwa yang menyentuhnya saat kunjungan Menteri BUMN ke Pesantren Darul Ulum. Yaitu momen ketika Erick membungkuk menyalami para santri yang masih belia. Ia menganggap, peristiwa yang tampak sederhana ini, sesungguhnya menyajikan struktur cerita tersendiri. Dan paling menonjol, 'penyatuan' dua dunia: negara dan pesantren.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement