EKBIS.CO, JAKARTA -- Upaya dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui pola kemitraan dalam program peremajaan kelapa sawit rakyat (PSR) terus dilakukan pekebun agar produktivitas tetap tinggi. Pendamping dan pelatihan menjadi kunci keberhasilan PSR, baik petani, perusahaan mitra maupun pemerintah daerah dan pusat.
Hal tersebut terungkap dalam Webinar dan Live Streaming “Dampak Positif Program PSR, Sarpras dan Pengembangan SDM Bagi Petani Sawit” seri 6 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, Plasma Koordinator Asian Agri Wilayah Jambi Agung Wardana menuturkan, program kemitraan Asian Agri jangka panjang telah dicanangkan melalui Asian Agri 2030. “Artinya pada 2030 itu dengan pilar utamanya kemitraan kita mencoba bagaimana caranya kesejahteran petani dua kali lipat dari generasi pertama,” katanya.
Agung menyebutkan, secara umum ada tiga cara agar petani baik petani plasma maupun swadaya dapat bermitra dengan Asian Agri. Pertama, petani memiliki kelembagaan yang berbadan hukum, seperti KUD dan asosiasi.
Kedua, jarak kebun petani maksimal 60 kilometer dari wilayah operasional Asian Agri. “Saat ini petani baik plasma maupun swadaya yang bermitra berjarak maksimal 60 kilometer dengan pabrik kelapa sawit Asian Agri,” jelas Agung.
Ketiga, kebun petani bukan berada di kawasan yang dilindungi. Karena Asian Agri sejak 2010 khususnya plasma telah disertifikasi RSPO dan 2013 sudah ISCC dan sekarang ini ISPO.
Sejak lebih 35 tahun, kata Agung, Asian Agri mempunyai kunci sukses bagaimana mendampingi petani untuk meningkatkan kesejahteraan dari segi perkebunan. Pertama, sampai perusahaan berkomitmen membantu petani.
Kedua, organisasi dan kualitas panen. Tandan buah segar (TBS) petani yang dikirim ke pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan kualitas yang terbaik dari mulai di kebun, menghitung produksi TBS per hari, per bulan, per enam bulan dan setahun.
Ketiga, pelatihan teknis dan standar operasional kebun dan non teknis. Salah satunya pelatihan teknis kebun seperti panen, pupuk, pengendalian gulma dan PHT (hama penyakit). Selanjutnya pelatihan dan pendampingan kelembagaan KUD dan kelompok tani. Asian Agri juga mengadakan studi banding KUD, Kelompok Tani, petani replanting ke kebun plasma dan inti.
Pada program generasi kedua Asian Agri juga menciptakan produktivitas tanaman yang tinggi. Untuk KUD yang sudah bermitra dengan Asian Agri pada replanting di tahun pertama dan kedua potensi bibit Topaz yang ditanam cukup baik. Pada tahun pertama hasil produksi melebihi dari potensi. Hal ini karena peran serta koperasi dibantu Tim dari Disbun serta perusahaan.
Pada tahun pertama dari potensi produksi mencapai 15 ton per hektar dari standar Topaz 18 ton/Ha. Sedangkan salah satu KUD yang dibina Asian Agri produksi tahun pertama dapat mencapai 22,9 ton/Ha.
Untuk peningkatan pengetahuan petani generasi kedua Asian Agri fokus bagaimana membina, mendidik anak petani sawit. “Jadi kalau dari generasi pertama petaninya sudah berusia 60 tahun, maka kita merangkul anak petani,” ujar Agung.
Menurut Agung, kunci sukses replanting program kemitraan PSR Asian Agri, yakni pertama, melakukan sosialiasi ke petani, kelompok tani, dan pengurus KUD. Kedua, studi banding ke areal replanting petani plasma yang telah menghasilkan. Tujuannya untuk melihat petani yang berhasil.
Ketiga, membantu petani dalam pengurusan dana BDPDKS. Keempat, mencari bank pendana untuk replanting petani. Kelima, perusahaan sebagai avalis pembayar replanting petani plasma. Keenam, pemberdayaan petani dalam mengelola replanting. Ketujuh, pengelolaan replanting dilakukan secara profesional oleh perusahaan diawasi KUD dan DInas.
Ketua Gapoktan Rambutan Desa Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Syukron Makmun, mengaakan, Pada 2020 Gapoktan Rambutan mendapat PSR seluas 142 Ha yang sudah selesai dan tahap ketiga juga mendapat alokasi seluas 118 Ha.
Syukron mengatakan, program PSR mengangkat perekonomi di daerahnya sehingga kehidupan petani menjadi semaki maju dan mantap. Dengan terbitnya program PSR ini petani merasa bangga sekali dan terbantu dengan dana dari pemerintah. Sehingga petani tidak perlu repot melakukan peremajaan sawit.
Menurut Syukron, PRS masih sangat dibutuhkan petani guna mengangkat perekonomian daerah yang bersumber dari sawit. “Kami berharap harga TBS juga seimbang seperti petani mitra,” katanya.