EKBIS.CO, JAKARTA -- Asuransi syariah memiliki peran yang penting dalam memberikan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang tidak terduga. Secara mikro, asuransi syariah sangat berperan untuk memperkuat perencanaan keuangan, kebutuhan masa depan hingga ketahanan bisnis.
Sementara secara makro, asuransi syariah akan menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Asuransi syariah akan mendorong pertumbuhan PDB yang lebih besar dengan memberi dukungan ketahanan bagi UMKM, mengentaskan kemiskinan dan lain sebagainya.
Di sisi lain, Ketua Bidang Pelatihan dan Sertifikasi Islamic Insurance Society Wahyudin Rahman mengatakan, industri asuransi syariah saat ini masih menghadapi masalah permodalan. Menurut Wahyudin, diperlukan agensi pendirian asuransi syariah yang berkapasitas besar untuk mengatasi masalah tersebut.
"Tidak hanya asuransi syariah jiwa, asuransi umum dan reasuransi pun perlu mendapatkan dukungan tersebut," kata Wahyudin, Kamis (16/6/2022).
Selain itu, lanjut Wahyudin, diperlukan strategi untuk menguatkan peran asuransi syariah, antara lain dengan menjangkau kalangan milenial dan gen-z. Sebagaimana diketahui, hampir 70 persen penduduk Indonesia merupakan kelompok milenial dan genz. Namun saat ini hanya sekitar 6-7 persen dari mereka yang memiliki asuransi.
Upaya penguatan selanjutnya yaitu mendorong regulasi asuransi syariah wajib. Menurut Wahyudin, regulasi ini masih terbatas untuk keperluan ibadah umrah dan haji.
Wahyudin berharap ke depannya regulasi ini juga bisa diberlakukan untuk asuransi yang terkait dengan bencana dan kecelakaan diri, tenaga kerja dan imigran, hingga pertanian dan perikanan. "Kami juga mendorong kewajiban asuransi bagi UMKM yang telah menyelesaikan proses sertifikasi halal," kata Wahyudin.
Strategi ini diharapkan dapat membuat peran asuransi syariah semakin signifikan dan kokoh dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah. Dengan strategi ini, pangsa pasar asuransi syariah ditargetkan dapat meningkat dari saat ini yang hanya 5,3 persen menjadi 20 persen.
Literasi asuransi syariah ditargetkan juga naik dari 3,5 persen menjadi 10 persen. "Apabila strategi-strategi ini berjalan, diharapkan target-target ini bisa terwujud pada 2030 mendatang," tutup Wahyudin.