EKBIS.CO, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan gelapnya prospok ekonomi global. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan akan menurunkan ekspektasi untuk pertumbuhan ekonomi global bulan ini.
Perkiraan terbarunya, yang dikeluarkan pada bulan April adalah untuk pertumbuhan 3,6 persen pada tahun ini dan berikutnya. Dikutip dari BBC. Georgieva menuturkan perang di Ukraina, inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, dan pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung adalah penyebabnya.
Dia mengungkapkan kondisi tersebut membuat krisis biaya hidup lebih buruk bagi jutaan orang dan yang paling miskin adalah yang paling menderita. Hal itu terjadi ketika inflasi di AS yang merupakan ekonomi terbesar dunia mencapai 9,1 persen dan menjadi tertinggi lebih dari 40 tahun.
IMF mengatakan 75 bank sentral telah menaikkan suku bunga pada tahun lalu, rata-rata hingga 3,8 kali. Jika pola tersebut tidak berlanjut, Georgieva mengantisipasi lebih banyak kerugian bagi pertumbuhan dan pekerjaan.
Dalam jangka panjang, kebijakan yang mengatasi kekurangan tenaga kerja global terutama yang mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja juga akan membantu. Dengan persiapan yang sedang berlangsung untuk pertemuan G20 akhir pekan ini, Georgieva mengatakan bahwa kerja sama global yang lebih baik diperlukan karena risiko ketidakstabilan sosial meningkat akibat kekhawatiran atas pasokan makanan dan energi.
Kekhawatiran semacam itu telah berkontribusi pada protes yang meluas di Sri Lanka yang menderita krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan lebih dari 70 tahun yang lalu. Georgieva mengatakan tindakan perlu segera diambil termasuk mengakhiri pembatasan ekspor pangan yang telah diberlakukan banyak negara sejak perang di Ukraina dimulai.
Dia juga menyerukan negara-negara terkaya di dunia untuk menggunakan pertemuan tersebut sebagai kesempatan untuk membantu dan memberikan dukungan segera kepada mereka yang paling membutuhkan.
Peringatannya bahwa prospek ekonomi global menjadi gelap signifikan datang ketika menteri keuangan G20 dan gubernur bank sentral bersiap untuk bertemu di Bali. Agenda mereka penuh dengan isu-isu yang meresahkan perekonomian global, antara lain kenaikan harga komoditas, ketahanan pangan, dan dampak perang di Ukraina mengingat Ukraina merupakan pengekspor pangan utama.
Georgieva mengatakan inflasi telah meluas melampaui harga makanan dan energi. Hal tersebut menyebabkan banyak bank sentral meningkatkan biaya pinjaman.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bahkan berhati-hati mengenai prospek mencapai kesepakatan di masa depan. "Kami berharap yang terbaik, tetapi tentu saja bersiap untuk yang terburuk," ujar Perry.