EKBIS.CO, JAKARTA -- Para pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta meminta Bulog untuk menggencarkan operasi pasar beras lantaran mulai terjadi tren kenaikan harga. Namun, pedagang meminta agar Bulog tidak menggunakan beras impor
Ketua Koperasi Pedagang Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) Jakarta, Zulkifli Rasyid, menuturkan, sejak Agustus Bulog telah menggelar operasi pasar beras untuk menurunkan harga.
Hanya saja, khususnya di PIBC, operasi pasar dilakukan dengan cara bundling atau menggabungkan beras dalam negeri dengan beras eks impor tahun 2018 dengan rasio beras lokal 20 ton dan impor 10 ton. Kedua beras itu dijual Bulog seharga Rp 8.300 per kg.
"Orang pelaku pasar tidak mau menebus beras impor. Kenapa? Karena dia rugi. Berasnya jelek," kata Zulkifli kepada Republika.co.id, Senin (5/9/2022).
Beras impor itu berasal dari Vietnam dan India yang didatangkan tahun 2018 lalu ketika terjadi pada akhir 2017 terjadi situasi krisis beras.
Zulkifli mengatakan, Jakarta merupakan barometer untuk seluruh Indonesia. Karena itu, pihaknya berharap agar khusus di Jakarta, Bulog dapat menggelar operasi pasar dengan produksi lokal seluruhnya.
"Tidak usah bundling beras sekarang, karena November-Desember itu pasti habis semuanya. Kenapa? Karena stok kita sudah menipis," kata dia.
Usulan tersebut, kata Zulkifli juga telah disampaikan langsung kepada Bulog dalam surat resmi. Pihaknya berharap pada bulan ini, operasi pasar dapat kembali dilakukan dengan pasokan beras yang diproduksi petani dalam negeri.
Sebagai informasi, kenaikan harga terutama terjadi pada beras medium. Menurut Zulkifli, rata-rata harga beras medium di PIBC sudah lebih dari Rp 9.000 per kg dari sebelum kisaran Rp 8.500 per kg. Padahal, harga eceran beras tertinggi (HET) beras khusus wilayah Jakarta dipatok pemerintah sebesar Rp 9.450 per kg.
Kenaikan harga beras itu mulai dirasakan pedagang sejak Agustus akibat berkurangnya pasokan yang masuk ke pasar induk. Sementara tingkat permintaan cukup stabil.