EKBIS.CO, TOKYO -- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mencatat meningkatnya tekanan inflasi dan perlambatan ekonomi China pada prediksi atau outlook ekonomi Asia. Ia meminta pemerintah untuk membangun penyangga dari guncangan di masa depan.
Presiden Asian Development Bank President Masatsugu Asakawa juga mendesak pembuat kebijakan negara-negara Asia lebih mewaspadai tanda-tanda gangguan pada aliran modal yang didorong kenaikan suku bungan Amerika Serikat (AS).
"Kami telah melihat resiko agresifnya pengetatan kebijakan moneter AS dalam mengatasi inflasi, yang mungkin memicu pembalikan aliran modal atau depresiasi mata uang yang tajam," kata Asakawa dalam video yang ditayangkan di ASEAN+3 di Singapura, Jumat (2/12/2022).
Georgieva mengatakan negara-negara Asosiasi Asia Tenggara (ASEAN) merupakan "titik terang" di perekonomian global. Ekonomi ASEAN diproyeksi tumbuh 5 persen pada tahun ini dan naik sedikit pada 2023.
Namun ia memperingatkan outlook masih "sangat" tidak pasti dan didominasi oleh resiko. Seperti dampak perang Rusia di Ukraina, pengetatan keuangan global dan perlambatan pertumbuhan China.
"Tantangan yang menekan dunia lainnya adalah inflasi, di Asia diperkirakan rata-rata hanya 4 persen pada tahun ini, tapi tekanan pada kawasan meningkat," kata Georgieva.
"Kami tidak tahu berapa lama guncangan akan bertahan dan apakah ada guncang lain yang akan datang, tapi kami harus membangun dan menjaga penyangga dan sepenuhnya mempersiapkan perangkat kebijakan kami," tambahnya di forum yang sama.