Senin 17 Apr 2023 18:58 WIB

Indonesia Prakarsai Deklarasi Negara ASEAN Hadapi Krisis Pangan

Negara-negara ASEAN mengalami dampak dari dinamika geopolitik.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Lida Puspaningtyas
Petani memanen padi di lahan persawahan di Cisaranten Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) secara resmi menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp5.000 per kilogram dari HPP semula Rp4.200 per kilogram.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petani memanen padi di lahan persawahan di Cisaranten Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) secara resmi menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp5.000 per kilogram dari HPP semula Rp4.200 per kilogram.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia memprakarsai disusunnya deklarasi para pemimpin negara ASEAN dalam rangka menghadapi ancaman krisis pangan. Deklarasi dimaksud akan memperkuat dorongan strategis bagi seluruh pemangku kepentingan mengenai urgensi membangun mekanisme penguatan ketahanan pangan, memperkuat rantai pasokan regional, dan pertanian yang berkelanjutan.

Baca Juga

”Tantangan global saat ini mendorong kita untuk mengambil langkah secepatnya, baik jangka pendek, menengah, dan panjang demi mengakselerasi dan memperkuat sistem pangan sehingga lebih efisien, inklusif, berketahanan, dan berkelanjutan,” ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) Kasdi Subagyono lewat keterangan persnya, Senin (17/4/2023).

Pihak Indonesia, menurut Kasdi, meyakini langkah cepat dalam menghadapi potensi krisis pangan regional membutuhkan komitmen kuat dari para pemimpin ASEAN. Dengan mempertimbangkan momentum penyelenggaraan ASEAN Summit yang akan diadakan pada September mendatang, Indonesia mengharapkan deklarasi ini dapat menjadi salah satu upaya ASEAN dalam menghadapi ancaman yang mungkin timbul terhadap ketahanan pangan regional.

”Deklarasi bisa menjadi langkah untuk menyatukan peran dari semua sektor yang terlibat. Kolaborasi dan sinergi antara sektor pangan, ekonomi, transportasi, dan dukungan dari sektor finansial merupakan kunci untuk menghadapi tantangan saat ini dan mendatang,” ujar Kasdi.

Kasdi mengharapkan melalui penyelenggaraan konferensi ASEAN kali ini, beragam kelompok kepentingan bisa memberikan pendapat dan ide yang konstruktif.

”Semangat pertemuan ini adalah untuk menghasilkan output nyata yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian ketahanan pangan dan gizi,” sebutnya.

Staf Ahli Bidang Hubungan Antarlembaga Kementerian Luar Negeri RI Muhsin Syihab menyebutkan ketahanan pangan menjadi salah satu fokus ASEAN Summit nanti. Negara-negara ASEAN mengalami dampak dari dinamika geopolitik dengan adanya konflik Ukraina yang telah berdampak pada kenaikan harga pangan global hingga 30 persen.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi adalah isu lingkungan, perubahan iklim, dan dampak pandemi covid-19. Sehingga krisis pangan masih mengancam.

”Untuk itu sangat penting bagi negara-negara ASEAN untuk bekerja sama untuk memperkuat ketahanan pangan,” seru Muhsin.

Dalam upaya menjaring pendapat dan ide, ASEAN Conference on Strengthening Food Security Integration melibatkan seluruh stakeholders dari forum pertanian, perdagangan, transportasi dan keuangan di ASEAN, mitra dialog ASEAN, organisasi internasional, dan akademia.

Negara-negara mitra dialog ASEAN seperti Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, India, dan Inggris, serta organisasi internasional seperti APTERR, ERIA, CGIAR juga menegaskan komitmennya untuk mendukung inisiatif ini yang akan segera dituangkan kedalam berbagai usulam kerja sama konkrit.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement