EKBIS.CO, JAKARTA -- Selain sebagai destinasi wisata, Singapura juga menjadi salah satu negara tujuan untuk merintis bisnis. Meski dengan wilayah yang relatif kecil, Singapura telah menjadi salah satu pusat perekonomian dunia.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo membagikan tipsnya kepada Republika bagi warga Tanah Air maupun diaspora yang ingin membangun usaha di Negeri Singa. Dubes Tommy, sapaan karibnya, menuturkan, pangsa pasar Singapura cukup kecil dengan jumlah populasi yang hanya sekitar 5,5 juta orang.
Namun demikian, hampir seluruh perusahaan multinasional masuk ke Singapura. Hal itu lantas memberikan potensi pasar yang besar serta Singapura dapat menjadi jembatan untuk masuk ke sejumlah negara lain.
Potensi pasar yang besar dengan persaingan yang ketat, kata Tommy, menuntut produk atau jasa yang diberikan harus berkualitas. Ia mencontohkan seperti ekspor ayam hidup maupun beku yang baru dilakukan tahun ini. Setidaknya dibutuhkan proses berbulan-bulan untuk memastikan produk ayam dari Indonesia bebas penyakit.
"Beberapa saat kemudian, Brunei buka pintu untuk (ayam) bisa masuk dari Indonesia. Jadi, nomor satu kalau mau masuk pasar Singapura harus ada program kualitas tinggi," kata Tommy dalam sesi wawancara bersama Republika di KBRI Singapura, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, Tommy menjelaskan, pelaku usaha yang ingin atau tengah memulai bisnis di Singapura untuk tidak menjadikan pasar Singapura sebagai tujuan akhir. "Tapi, ini batu loncatan untuk go global. Himbara (Himpunan Bank Negara) dan BI juga bantu UMKM-UMKM untuk masuk (ke Singapura)," katanya menambahkan.
Ia menambahkan, Himbara yang dapat membantu permodalan UMKM diaspora di Singapura yakni BNI. Sebab, BNI cabang Singapura telah menyandang status full bank license sehingga dapat beroperasi normal layaknya bank lokal. Tommy menilai, kiprah BNI sebagai bank BUMN yang fokus di luar negeri juga telah dipercaya.
Salah satu UMKM kuliner di Singapura, Taste of Indonesia pun menjadi pioneer food court makanan khas Indonesia. Kepada Republika, sang owner menuturkan, bisnis kuliner di Singapura masih cukup menjanjikan karena besarnya potensi pasar produk makanan.
Namun, sebelum memutuskan untuk mendirikan usaha kuliner perlu dilakukan riset pasar terkait keterkenalan produk yang akan dijual.
"Misalnya tahu gejrot orang belum tahu, tapi kalau ayam penyet itu sudah terkenal. Jadi kita cari apa yang kira-kira orang bisa terima, kalau tiba-tiba masukin sesuatu yang belum diketahui, kita perlu banyak waktu," katanya.
Selain itu, UMKM diaspora tak boleh hanya menargetkan pasar konsumen dari warga Indonesia di Singapura. Namun, harus membuat target dan strategi agar bisa mendapatkan konsumen lokal. "Kalau hanya fokus ke orang Indonesia, itu kita tidak bisa sukses di luar negeri," ujarnya.