EKBIS.CO, JAKARTA -- Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mengungkapkan empat tantangan utama untuk mendorong energi terbarukan di Indonesia. Adapun empat tantangan tersebut antara lain kebijakan, pendanaan, teknologi, dan sumber daya manusia.
Ketua I METI Bobby Gafur Umar mengatakan tantangan kebijakan merupakan yang paling berpengaruh, karena belum ada mekanisme reward dan punishment bagi para pemangku kepentingan pengembang energi terbarukan. Bahkan saat ini masih sering terjadi perubahan kebijakan dan peraturan.
“Semua tantangan itu menjadi hal yang sangat serius diperhatikan, demi pencapaian target pengembangan energi terbarukan," ujarnya ujarnya dalam riset METI dikutip Rabu (5/7/2023).
Menurutnya peraturan yang berubah-ubah telah mengganggu kalangan dunia usaha bidang energi terbarukan, sehingga perlu ada kebijakan yang bersifat jangka panjang dan memberikan kepastian bagi pengembang maupun investor energi terbarukan. Misalnya, terkait penyederhanaan proses perizinan, pengadaan lahan, serta penyediaan infrastruktur pendukung.
Kemudian tantangan pendanaan, Bobby melihat alokasi pendanaan digunakan keperluan pengembangan energi terbarukan selama ini masih mengandalkan anggaran pendapatan dan belanja negara, sehingga sangat terbatas.
Sementara itu Direktur Utama PT Maharaksa Biru Energi Tbk menambahkan sisi investasi, pengembang swasta skala besar sebenarnya sudah lebih berpengalaman mendapatkan pendanaan. Namun, pengembang swasta skala kecil dan menengah masih menghadapi kendala keterbatasan dalam menyediakan jaminan dan keterbatasan dalam mendapatkan mitra.
Oleh sebab itu, peran dan andil investor asing dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia begitu penting, terutama dalam konteks alih teknologi. "Kami berharap pemerintah dapat membantu mengembangkan pendanaan kreatif untuk membiayai pengembangan energi terbarukan, sehingga beban kepada APBN dapat dikurangi," ucapnya.
Namun, METI percaya pemerintah sudah tegas dengan komitmennya secara cepat dan berkesinambungan mengembangkan Energi Terbarukan. METI didukung Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi pun menyelenggarakan kegiatan tahunan berupa Indonesia EBTKE ConEx.
Pada tahun ini, Indonesia EBTKE ConEx akan diselenggarakan 12-14 Juli 2023 di ICE BSD, Tangerang.
Sementara itu Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menambahkan pemerintah masih menjaga komitmen untuk menjalankan transisi energi dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi baru dan energi terbarukan.
"Upaya menghentikan operasi PLTU lebih dini, mengembangkan utilitas tenaga surya, panas bumi, maupun tenaga dari energi terbarukan terus dilakukan untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060 mendatang,” ucapnya.
Sementara itu Ketua Umum METI Wiluyo Kusdwiharto menambahkan sebagai wadah yang mewakili berbagai pemangku kepentingan di sektor energi terbarukan di Indonesia, pencapaian penurunan emisi tersebut menjadi sangat penting dan merupakan salah satu pilar utama dalam transformasi sektor energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap sumber energi fosil yang terbatas, membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, serta menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ucapnya.
Sejalan dengan arah global dalam menghadapi perubahan iklim, Waluyo menekankan pentingnya langkah-langkah konkret yang diperlukan untuk memenuhi target penurunan emisi 31 persen pada 2030 seperti yang tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution Republic of Indonesia 2022. Dalam konteks ini, METI memandang perlu adanya komitmen yang lebih kuat dari pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendukung bagi industri energi terbarukan.
“METI siap bekerja sama dengan pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta untuk mewujudkan penurunan emisi 31 persen pada 2030," ucapnya.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menambahkan pemerintah masih menjaga komitmen untuk menjalankan transisi energi dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi baru dan energi terbarukan. "Upaya menghentikan operasi PLTU lebih dini, mengembangkan utilitas tenaga surya, panas bumi, maupun tenaga dari energi terbarukan terus dilakukan untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060 mendatang,” ucapnya.