EKBIS.CO, GIANYAR -- Peningkatan permintaan pasar domestik telah mengangkat prospek kerajinan bambu Desa Belega, Kabupaten Gianyar, Bali, kata seorang perajin setempat Ni Made Dadi.
"Sebelumnya porsi pasar ekspor sampai 70 persen dan lokal 30 persen. Namun sekarang sudah seimbang 50 persen ekspor dan 50 persen pasar lokal," kata Ni Made Dadi saat menerima kunjungan anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika di Gianyar, pekan ini.
Pasar lokal atas produk tersebut kian terbuka sejak pandemi Covid-19. Selain memenuhi konsumen di Bali, terutama pada akomodasi wisata, permintaan tertinggi di antaranya datang dari Medan, Lampung, Lombok, dan sejumlah kota lainnya di Indonesia.
Dadi yang memiliki Khalis Bali Bamboo dan menekuni usaha itu sejak 1994, mengatakan, pasar domestik tak hanya menggemari berbagai produk furnitur yang diproduksi, akan tetapi juga permintaan bahan baku bambu untuk membuat bangunan dari bambu.
Untuk ekspor terbanyak, di antaranya Amerika Serikat, Belanda, Prancis, India, Swiss, dan Rumania. Jenis terbanyak diekspor, yakni gazebo, bale-bale, tangga bambu, dan mebel.
Selain itu, ia mengaku menyediakan bahan baku untuk pembuatan bangunan dari bambu.
"Semuanya itu berbahan bambu, seperti dari bambu petung, bambu tali, bambu cendani dan sebagainya yang didapat dari berbagai kabupaten di Bali," ucap perempuan yang memiliki usaha kerajinan bambu terbesar di Desa Belega itu.
Dalam penyerapan aspirasi itu, Dadi yang didampingi Manajer Yogi Anjasmara menyampaikan kendala saat ini terkait dengna modal dan pengadaan mesin untuk pengolahan bambu menjadi bahan mebel dan produk lainnya. Padahal, permintaan produk bambu sebagai bagus..
Tantangan lainnya, terkait dengan sumber daya manusia (SDM) terlatih. Sebqb berkurang generasi muda yang menekuni usaha bambu dan persaingan ketat dengan produk dari Vietnam dan Thailand.
Terkait dengan kualitas, pihaknya mempertahankan kualitas secara ketat. Bahan baku bambu diproses melalui pemanasan air mendidih selama 24 jam serta diberi bahan pengawet ramah lingkungan sehingga produk tahan lama.
Perajin bambu dari Desa Bona, Kabupaten Gianyar, Wayan Suja, mengatakan terjadi peningkatan permintaan produk dari pasar domestik.
Setelah pandemi Covid-19, ia mengaku lebih sering menerima pesanan pembuatan gazebo untuk vila atau rumah tinggal yang mayoritas di Kabupaten Badung, Bangli, dan Kota Denpasar. Pemesan tak hanya masyarakat lokal, namun juga sejumlah wisatawan mancanegara yang masih tinggal di Bali.
Anggota DPD Made Mangku Pastika mendorong pengusaha Bali terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk.
"Saya melihat potensi pasarnya bagus, sumber bahan baku juga cukup. Kalau soal modal tentu bisa bekerja sama dengan lembaga keuangan," ujar Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Ia mengakui sejauh ini salah satu kelemahan pengusaha Bali belum begitu berani berutang. Padahal uang yang tersimpan di perbankan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan kredit yang tersalurkan.