Ahad 11 Aug 2024 07:34 WIB

SKK Migas Sebut Temuan Gas Indonesia Ada di Urutan Satu Asia Tenggara

Hingga Juni 2024, produktivitas gas tanah air telah mencapai angka 6,635 BCFD.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri ESDM Arifin Tasrif, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, President ExxonMobil Indonesia Carole J.Gall, dan sejumlah petugas di Sumur B-13 Infill Clastic, Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024).
Foto: Republika/Frederikus Dominggus Bata
Menteri ESDM Arifin Tasrif, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, President ExxonMobil Indonesia Carole J.Gall, dan sejumlah petugas di Sumur B-13 Infill Clastic, Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan temuan gas Indonesia berada di urutan teratas di Asia Tenggara. Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menegaskan hal itu.

Dwi mengatakan sudah ada pergeseran tentang bagaimana para pelaku migas global melihat Indonesia. Menurutnya, kebijakan pemerintah memuluskan situasi tersebut. Pun ketika ditemukan giant discovery yang membuat adanya kegiatan eksplorasi. Ia mencontohkan bagaimana Exxon Mobil Indonesia akhirnya melakukan pengeboran setelah beberapa tahun sempat terhenti.

Baca Juga

Ke depan, ia optimistis Industri Hulu Migas Indonesia akan semakin menarik. Terutama di sektor gas. Pasalnya, gas bakal jadi sesuatu yang diandalkan di kehidupan mendatang, dalam kaitan dengan transisi energi.

"Mereka merubah bahwa Futurenya itu adalah gas. Mereka sudah enggak ada ngejar minyak saja, tapi termasuk yang poros gas. Hingga sekarang Indonesia sudah nomor satu di Asia tenggara, untuk investasi di oil and gas juga udah nomor satu. Itu membawa, apa namanya yang kita nyataka, sekarang Indonesia sudah kembali kepada perhatian dunia untuk eksplorasi," kata Dwi, di Bojonegoro, Jumat (9/8/2024).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif juga memiliki pemikiran positif terkait produksi gas nasional. Pemerintah menargetkan pada 2030 produksi gas nasional mencapai 12.000 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau 12 BCFD pada 2030.

"Di sektor gas kita cukup optimistis capaian ini bisa dicapai dengan adanya penemuan sumur-sumur besar baru," ujar Arifin juga di Bojonegoro.

Menteri ESDM menyinggung adanya potensi cadangan gas besar di Selat Makassar, blok Andaman, proyek di lapangan abadi Masela, dan sebagainya. Ada proses eksplorasi yang bisa terus menaikkan produksi gas. "Sehingga 12 BCFD itu bisa tercapai, tantangan yang kita miliki di sektor minyak," kata Arifin.

Pekan lalu, ia memaparkan data produksi gas dalam beberapa tahun terakhir. Relatif stabil dengan prospek yang lebih baik ke depannya. Apa penyebabnya?

"Dalam dua tahun terakhir, ditemukan prospek gas dari WK south Andaman 2 dan North Ganal," ujar Menteri ESDM.

Arifin menerangkan, produktivitas gas juga sempat mengalami penurunan. Sekarang ada tren kenaikan. Data Kementerian ESDM menunjukkan pada 2020, produksi gas 6,656 BCFD. Pada 2021 6,668 BCFD. Pada 2022, turun ke angka 6,490 BCFD. Lalu pada 2023, naik lagi ke angka 6,630 BCFD. Teranyar hingga Juni 2024, produktivitas gas tanah air telah mencapai angka 6,635 BCFD.

Ia menegaskan, gas menjadi andalan dalam transisi energi. Pemanfaatan gas domestik sekitar 68 persen, dan kini semakin meningkat. Produktivitas gas dari WK-WK, bisa mengurangi impor LPG dan produk bahan bakar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement