Jumat 11 Oct 2024 15:36 WIB

Jokowi: Lifting Minyak Jangan Sampai Turun Terus, Seliter pun tak Boleh, Harus Naik

Lifting minyak Indonesia saat ini, masih jauh dari konsumsi nasional.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gita Amanda
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengecek proses pengapalan lifting minyak mentah produksi PHR di Dumai Terminal Oil Wharf, Dumai, Riau, (ilustrasi)
Foto:

 

Menteri ESDM menceritakan kunjungannya ke Blok Cepu yang merupakan wilayah kerja Exxon Mobil. Dalam lawatan tersebut, intinya ia mendapat informasi bagaimana Exxon menggunakan teknologi Enchanced Oil Recovery (EOR) untuk menggenjot produktivitas minyak. 

"Target kami adalah kita bisa menambah sekitar 200 ribu BOPD, dengan catatan. Satu optimalisasi sumur-sumur yang idle, kedua kita mengoptimalkan sumur yang ada dengan intervensi teknologi, ketiga  segera kita melakukan eksplorasi."

Dari situ Bahlil membedah persoalan lanjutan. Sebelum menuju tahap eksplorasi, butuh waktu yang cukup lama bagi para kontraktor untuk mengurus perizinan di sektor hulu migas. Dulunya, kata dia, ada sekitar 329 perizinan.

Lalu sekarang sudah dipangkas menjadi sekitar 150 - 200 izin. Itupun masih cukup banyak. Ia andaikan jika satu perizinan butuh tiga hari untuk diurus, maka butuh lebih dari setahun menyelesaikan tahapan tersebut.

"Itu baru izin, belum eksplorasi," ujar Bahlil.

photo
Proses Drilling di Lapangan Jambaran Tiung Biru, Blok Cepu. - (Dok. Pertamina)

Lalu, butuh dua tahun lanjutan untuk eksplorasi. Maksimal sampai di level produksi bisa memakan waktu empat tahun. Ini menjadi masalah yang harus diselesaikan.

"Maka ke depan selain kita mengoptimalkan sumur-sumur tua yang idle, kita harus membangkitkan dia, dan intervensi teknologi kepada sumur-sumurnya berjalan. Kita harus melakukan penetrasi terhadap eksplorasi baru," ujar Bahlil.

Ia juga berupaya membuat insentif agar lebih menarik bagi calon investor. Menteri ESDM mengaku memangkas syarat gross split dari 29 item menjadi hanya tersisa lima. "Sekarang begitu saya ubah, sudah ada lima perusahaan yang mau memanfaatkan fasilitas itu," kata Bahlil.

Ia menegaskan, butuh terobosan 'gila' jika ingin membuat perubahan di negara ini. Pada akhirnya, jika tak ada kenaikan lifting, maka yang paling senang adalah importir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement