Senin 12 Apr 2010 19:35 WIB

BI Tahan Fluktuasi Rupiah Tetap di Atas Rp 9 Ribu

Rep: PalupiAnnisaAuliani/ Red: Endro Yuwanto

DENPASAR--Direktur Riset Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan, fluktuasi nilai tukar rupiah belum mengkhawatirkan. Namun berdasarkan simulasi BI, jika rupiah menembus Rp 9 ribu per dolar AS, maka pertumbuhan ekonomi akan turun 0,1 persen dari perkiraan saat ini.

BI 'mengintervensi' dalam tataran memperhalus fluktuasi dan menyelaraskan dengan perkiraan indikator makro. ''Kalau misalnya nilai tukar rupiah stay Rp 9 ribu, perhitungan kami inflasi bisa berkurang 0,2 persen. Tapi pertumbuhan ekonomi juga akan lebih kecil, minus (berkurang, red) 0,1 persen,'' kata Perry, Ahad (11/4) malam.

Saat ini BI memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2010 akan tumbuh 5,6 persen dengan tingkat inflasi 4,8 persen. Angka inflasi ini belum mempertimbangkan dampak jika kenaikan tarif dasar listrik diberlakukan.

Sensitivitas kurs ke pendapatan domestik bruto (PDB), menurut Perry memiliki banyak variabel. Ekspor merupakan faktor yang pertama. ''Tapi sensitivitas ekspor kita terhadap nilai tukar tak lagi besar sekarang. Karena sebagian besar ekspor kita itu natural resources, komoditas, yang lebih tergantung pada demand driver daripada nilai tukar,'' papar dia.

Di sisi lain, kata Perry, impor dan investasi juga menjadi faktor sensitif untuk nilai tukar rupiah. ''Impor akan lebih murah karena apresiasi, meningkat lebih cepat, (tetapi juga) bisa mendorong investasi,'' ujar dia.

Perry juga memberikan gambaran dampak perubahan neraca perdagangan Indonesia, terkait kurs dan perkiraan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan volume perdagangan bisa mencapai 9 persen pada tahun ini, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat 0,3 persen. ''Karena ekspor lebih cepat,'' jelasnya. Saat ini, perkiraan pertumbuhan volume perdagangan adalah 8 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement