JAKARTA-- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa (13/4) pagi, terlihat stabil. Pelaku pasar tampaknya berhati-hati untuk membeli rupiah, akibat melemahnya saham-saham di bursa Amerika Serikat. Namun, rupiah sebelumnya sempat berada di bawah angka Rp 9.000 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun delapan poin menjadi Rp 9.018-Rp 9.028 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.010-Rp9.020. Analis PT Bank Danamon Tbk, Anton Gunawan, melihat rupiah masih berpeluang untuk naik lagi hingga di bawah angka Rp 9.000 per dolar AS. Namun, di posisi itu kemungkinan tidak akan bertahan lama. ''Karena itu rupiah idealnya berada di posisi Rp 9.000 sampai Rp 9.300 per dolar AS,'' ujarnya di Jakarta.
Menurut Anton, kenaikan rupiah yang terlalu cepat juga kurang menguntungkan. Jadi, kenaikan itu harus ada batasnya, agar daya saing komoditas ekspor tetap tinggi. Hampir di semua negara apabila mata uangnya mengalami kenaikan cukup tinggi, bank sentralnya akan melakukan intervensi di pasar, begitu pula dengan Indonesia.
Bank Indoensia (BI), lanjut Anton, kemungkinan akan menahan laju kenaikan rupiah agar para eksportir tidak kesulitan menetapkan harga jual produknya di pasar ekspor. ''Kami optimis BI akan menjaga rupiah agar tidak menguat terlalu jauh, karena rupiah ketika posisinya di bawah Rp 9.000 per dolar AS tidak lama kemudian kembali di atas Rp 9.000 per dolar AS,'' jelasnya.
Ketika ditanya apakah rupiah bisa mencapai Rp 8.300 per dolar AS, menurut Anton, kemungkinannya sulit untuk bisa mencapai ke arah sana, karena hal ini harus dilihat dari masuknya dana asing ke pasar domestik apakah dalam sebulan mencapai angka yang tinggi. ''Kalau nilai investasi asing ke pasar domestik hanya mengalami kenaikan beberapa persen saja, kemungkinan rupiah tidak akan mencapai ke sana,'' ucapnya.