Selasa 11 May 2010 22:54 WIB

Pasar Jangan Berlebihan dong Tanggapi Krisis Yunani

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Budi Raharjo
Bank Indonesia
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID -JAKARTA--Krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara Eropa khususnya Yunani harus diakui membuat rasa khawatir banyak kalangan termasuk di dalam negeri. Namun persepsi negatif yang berlebihan secara terus menerus juga tidak baik karena dapat mengguncang situasi pasar.

''Ada guncangan yang begitu besar terhadap pasar yang mempersepsikan berlebih atas apa yang terjadi di Yunani pada akhir Minggu lalu,'' ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Budi Mulya, di sela-sela 'Society for Worldwide Interbank Financial Telecomunication, (Swift) Business Forum', di Jakarta, Selasa (11/5).

Persepsi berlebih ini sempat mengguncang pasar sehingga membuat saham anjlok dan rupiah melorot hingga ke level Rp 9.300 terhadap dolar AS. ''Kemarin dan hari ini kan sudah dilihat perkembangannya berubah,'' ujar Budi.

Menurutnya, upaya untuk penanganan krisis sampai kini terus berlangsung. Pastinya, otoritas keuangan baik di Eropa atau belahan dunia lainnya sangat memperhatikan kejadian di Yunani. ''Dan daerah sekitar, semuanya bersepakat untuk meminimalkan dampak ini,'' jelasnya.

Untuk menjaga kestabilan nilai tukar euro dan perekonomian euro zone, Menteri Keuangan Uni Eropa sepakat memberikan dana talangan sebesar 500 miliar euro. Tidak hanya itu, Dana Moneter Internasional (IMF) juga akan memberikan kontribusi dana 250 miliar euro. Dengan demikian total nilai yang akan dikucurkan sebesar 750 miliar euro.

Sebelumnya pemimpin negara pengguna euro juga telah mengesahkan paket penyelamatan untuk mengatasi krisis Yunani senilai 110 miliar euro. Dijelaskan Budi, krisis yang terjadi pada oktober 2008 silam merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi pelaku ekonomi maupun regulator.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement