EKBIS.CO, SURABAYA --- Ribuan para petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jatim resah. Mereka mengeluhkan peredaran gula rafinasi yang kian tak terkendali di pasaran. Gula yang hanya diperuntukkan bagi kalangan industri itu kini dijual bebas dan dikhawatirkan akan merusak harga gula petani.
Selain itu, peredaran gula ini juga akan mengganggu musim giling tebu 2010. Pasalnya, saat ini gula rafinasi yang beredar di pasar lokal Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi sudah mencapai 80 persen dari total tata niaga atau sekitar 500 ribu ton. "Ini sangat mengkhawatirkan proses giling yang sebentar lagi mulai berjalan. Sesuai mekanisme, harusnya jelang musim giling stok gula di pasaran tipis atau bahkan kosong. Dengan begitu gula hasil giling dapat terserap sempurna oleh pasar," kata Ketua APTRI, Arum Sabil kepada wartawan di Surabaya.
Menurut dia, tidak terserapnya gula hasil giling, berpotensi merusak sistem tata niaga gula yang pastinya berimbas pada merosotnya harga ke titik terendah. Hasil pantauan pasar APTRI, saat ini harga gula curah ditingkat ritel memang mulai turun sekitar Rp 200/Kg dalam sepekan ini, Rp 9.700/Kg . Sementara, untuk gula kemasan relatif aman diposisi Rp 10.000-Rp 11.000/kg.