Jumat 22 Nov 2024 23:59 WIB

IRC 2024: Dorong Industri Karet Berkelanjutan di Tengah Tantangan Global

Karet alam menjadi motor penggerak ekonomi di daerah pedesaan

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pusat Penelitian Karet, bersama dengan International Rubber Research and Development Board (IRRDB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA), menggelar International Rubber Conference (IRC) 2024 dengan tema Embracing Circular Thinking: New Paradigm for Sustainable Natural Rubber Industry.
Foto: dok IRC
Pusat Penelitian Karet, bersama dengan International Rubber Research and Development Board (IRRDB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA), menggelar International Rubber Conference (IRC) 2024 dengan tema Embracing Circular Thinking: New Paradigm for Sustainable Natural Rubber Industry.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pusat Penelitian Karet, bersama dengan International Rubber Research and Development Board (IRRDB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA), menggelar International Rubber Conference (IRC) 2024 dengan tema "Embracing Circular Thinking: New Paradigm for Sustainable Natural Rubber Industry".

Konferensi yang dihadiri oleh sekitar 250 peserta dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Jepang, membahas isu-isu strategis di industri karet alam. Fokus utama pertemuan ini mencakup produktivitas, perlindungan tanaman, pengolahan teknologi, serta pengelolaan lingkungan dan sosial ekonomi.

Ketua Panitia IRC 2024, Suroso Rahutomo, menyebutkan bahwa karet alam menjadi motor penggerak ekonomi di daerah pedesaan, khususnya di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Komoditas ini menopang kehidupan sekitar 2,1 juta rumah tangga dan memberikan kontribusi devisa sebesar USD 1,76 miliar pada 2023.

"Karet alam juga memiliki manfaat lingkungan yang signifikan, seperti menyerap karbon dalam jumlah besar, serta berperan dalam konservasi tanah dan air," ujar Suroso.

Namun, meskipun perannya strategis, industri karet alam Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Produksi domestik mengalami penurunan rata-rata 3,60 persen per tahun dalam lima tahun terakhir, sehingga memengaruhi ekspor yang turun hingga 8,36 persen per tahun. Lebih dari 50 perusahaan karet remah bahkan menghentikan operasi akibat kekurangan bahan baku.

Tantangan dan Inovasi untuk Masa Depan

Selain kekurangan bahan baku, tantangan lainnya mencakup kenaikan biaya produksi, kekurangan tenaga kerja, dampak perubahan iklim, dan penerapan regulasi internasional seperti Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).

"Industri karet alam perlu meningkatkan produksi per unit lahan, mempercepat inovasi teknologi, serta mengadopsi konsep ekonomi sirkular," kata Suroso.

Konferensi ini diharapkan mampu menjadi wadah kolaborasi antara negara penghasil karet untuk berbagi inovasi dan strategi keberlanjutan. Suroso optimis, inisiatif yang dihasilkan dari IRC 2024 dapat memperkuat daya saing karet alam Indonesia di pasar global.

IRC 2024 menegaskan kembali pentingnya peran karet alam, tidak hanya sebagai komoditas ekonomi strategis tetapi juga sebagai solusi untuk berbagai tantangan lingkungan dan sosial di masa depan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement