EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada 2010 memutuskan untuk mengurangi porsi penjualan emas menjadi sekitar 40 persen dari total pendapatan, dibanding tahun 2009 yang mengkontribusi sebesar 55 persen. Hal itu lantaran, aktifitas perdagangan (trading) segmen emas memberikan marjin yang tidak terlalu besar terhadap pendapatan perseroan.
Direktur Utama Antam, Alwinsyah Loebis mengatakan, tahun lalu pihaknya melakukan trading emas untuk mengantisipasi penurunan harga nikel. Penjualan itu masih berlanjut hingga kuartal I 2010, meskipun trading emas bukan bisnis utama perseroan. Jadi menurut dia, trading emas tidak akan dilanjutkan kalau harga nikel atau aluminium membaik.
“Yang jelas, tahun ini emas akan berkurang tidak seperti tahun 2009, mungkin menjadi sekitar 40 persen. Padahal pada 2009, aktifitas trading lebih besar dari produksi” usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta, Kamis (27/5). Menurutnya, perseroan akan mengurangi aktifitas perdagangan yang mendominasi pendapatan di segmen ini.
Sepanjang 2009, produksi emas Antam tercatat 2.626 Kilogram (Kg) dan menjual 12.893 Kg sehingga menghasilkan penjualan Rp3,3 triliun, atau lebih dari 50 persen dari total pendapatan perseroan 2009 yang tercatat Rp 8,7 triliun. Pada 2010, porsi penjualan segmen emas akan dikurangi menjadi 40 persen dari total pendapatan.
Selain mengurangi aktifitas trading, perseroan juga akan menggenjot produksi emas sebesar 500 Kg dari tambang Cibaliung yang berlokasi di Banten yang mulai beroperasi Selasa (25/5). "Jadi total produksi emas di 2010 menjadi sekitar 3.000 Kg. Kami belum bisa genjot produksi lagi karena lahannya terbatas,” kata Alwinsyah.
Di sisi lain, perseroan juga akan meningkatkan kembali segmen nikel melalui peningkatan produksi feronikel menjadi 18.500 ton dari tahun 2009 sebesar 14.191 ton. Ditambah aktifitas trading, total penjualan feronikel tahun ini diperkirakan mencapai 19.000 ton. Selain itu, perseroan juga akan menggenjot penjualan biji nikel menjadi 5,350 juta wet metric ton (WMT) dari tahun sebelumnya sebesar 4,902 juta WMT, bauksit menjadi 660.000 WMT dari tahun 2009 sebesar 446.000 WMT.
Selain itu, RUPST menyetujui adanya pembagian dividen sebesar 40 persen dari laba bersih tahun 2009 atau naik 5 persen dari pengajuan semula. “Dengan pertimbangan kami proyek kedepan, tadinya kami harapakan dividennya 35 persen tapi rapat memutuskan 40 persen karena pemegang saham menilai Antam mampu menyetor hingga 40 persen,” ujar Alwinsyah.
Meski demikian, jumlah dividen yang dibagikan Antam mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dari Rp 547,3 miliar atau setara dengan Rp 57,37 per saham menjadi Rp 241,7 miliar atau Rp 25,38 per saham. Hal itu seiring penurunan laba bersih di 2009 menjadi Rp 559 miliar atau anjlok 59 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,36 triliun.
Sepanjang 2009, laba bersih konsolidasi perseroan tercatat anjlok sebesar 55,82 persen menjadi Rp 604,30 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,368 triliun. Penurunan laba dari perusahaan nikel pelat merah ini disinyalir karena penjualan bersih perseroan mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 8,711 triliun dari Rp9,59 triliun.