EKBIS.CO, JAKARTA--Perdagangan bebas ASEAN-Cina (ACFTA) dituding sebagai biang kian melebarnya defisit perdagangan antara Indonesia dengan Cina. ''Sebetulnya kejadian seperti ini sudah kita prediksi sejak lama. Ini salah satu akibat ACFTA sehingga gelombang impor Cina menjadi-jadi, termasuk juga akibat batalnya renegosisi 228 pos tarif,'' kata Ekonom ECONIT, Hendri Saparini, ketika dihubungi Republika, di Jakarta, Rabu (2/6).
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), per April 2010, perdagangan Indonesia terhadap Cina mengalami defisit 553,6 juta dolar AS. Adapun secara kumulatif Januari-April 2010, defisit perdagangan mencapai 1,6 miliar dolar AS. Semakin melebarnya defisit perdagangan RI, dikhawatirkan akan menggerus cadangan devisa negara.
Sayangnya, Hendri mengungkapkan, pemerintah tidak menganggap defisit ini sebagai masalah. Dia menyesalkan dalih pemerintah yang menganggap ACFTA justru akan mendatangkan keuntungan bagi Indonesia. ''Padahal kita hanya mendapatkan keuntungan kecil, sedangkan Cina mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar,'' kritiknya.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Djimanto mengatakan penyebab terjadinya defisit pada neraca perdagangan antara RI dan Cina akibat kelambanan pemerintah Indonesia menaikkan daya saing produk dalam negeri. ''Ini akibat kelambanan Indonesia menaikkan daya saing produk dalam negeri terhadap produk Cina, terutama dalam tataran retail atau pengguna akhir,'' ujarnya.