EKBIS.CO, JAKARTA—-Pemerintah tengah mempersiapkan proposal investasi pertanian yang mengarah pada pertumbuhan industri pengolahan. Keputusan untuk meningkatkan investasi pada jenis usaha pengolahan dipicu semakin terbatasnya lahan yang bisa dibuka untuk budidaya pertanian. Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, menerangkan, Kementerian Pertanian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah sepakat untuk melakukan promosi investasi yang mengarah pada industri value adding.
“Karena investasi pertanian dalam skala luas semakin terbatas, misalnya saja investasi perkebunan sawit yang butuh ribuan hektare lahan baru, sudah sulit,” ujar Bayu usai rapat koordinasi dengan Kepala BKPM, Gita Wiryawan, di Jakarta, Senin (14/6).
Bayu melanjutkan, Kementerian Pertanian dan BKPM juga telah bersepakat untuk memokuskan proyek-proyek investasi industri pengolahan yang berbasis pada komoditas singkong, kakao, dan tebu.Gita Wiryawan menyatakan, saat ini investasi pertanian jenis industri pengolahan sangat diminati para pengusaha (investor) dari Timur Tengah dan Asia.
Karenanya, Gita Wiryawan memperkirakan investasi yang datang dari para pengusaha Timur Tengah dan Asia akan mengalahkan investasi dari Eropa dan Amerika Serikat. “Untuk itu kami meminta agar Kementerian Pertanian mem-feeding (memberikan umpan, red) proyek-proyek pertanian yang potensial untuk ditawarkan ke investor Timur Tengah dan Asia,” imbuh Gita Wiryawan.
Gita Wiryawan menyebutkan, investor potensial untuk usaha pertanian di Indonesia datang dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan juga Cina. “Kita belum tahu nanti realisasi investasinya berapa, tapi negara-negara Arab ini yang paling potensial. Saya rasa mengalahkan Cina,” imbuh Gita.
Selama 2005-2009, nilai investasi di bidang pertanian mencapai Rp 11,8 triliun. Nilai sebesar itu didapat dari 80 proyek yang berasal dari Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Perusahaan Modal Asing (PMA). Nilai investasi pertanian lima tahun terakhir meningkat tajam bila dibandingkan total investasi lima tahun sebelumnya, 2000-2004, yang hanya mencatat angka Rp 2,3 triliun.
Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, menambahkan, ketertarikan investor Timur Tengah terhadap industri pengolahan komoditas pertanian didasari atas semakin besarnya kebutuhan produk pertanian mereka.
Setiap tahun, kata Bayu, konsumsi produk pertaninan masyarakat Timur Tengah dan Asia selalu meningkat. “Tapi peningkatan ini tidak dibarengi dengan sumber daya pertanian yang cukup, makanya mereka punya kepentingan untuk memenuhi kebutuhannya,” ucap Bayu.
Selain itu, kebijakan investasi pemerintah saat ini terbukti telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor luar negeri. Bahkan, kabarnya, ada perusahaan internasional yang sangat besar akan memindahkan lokasi usaha mereka ke Indonesia.
Salah satu kebijakan yang mendukung investasi industri pengolahan produk pertanian adalah penerapan bea keluar kakao sejak 1 April lalu. “Kebijakan ini seakan memberi kepastian kepada investor terkait tersedianya bahan baku kakao untuk industri pengolahan di sini,” tandas Bayu.