EKBIS.CO, JAKARTA--Peluang penguatan yuan Cina dipandang positif kalangan pelaku industri karena akan membuat daya saing produk Indonesia meningkat. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian, mengatakan, bagi pengusaha yang penting adalah jumlah uang yang dibayarkan.
Penguatan yuan, katanya, akan membuat produk ekspor Indonesia dan Cina mampu bersaing secara wajar. Mengingat, selama ini barang buatan Cina diuntungkan nilai tukar yuan yang lemah. "Selama ini susah kalau kita mau bersaing dengan mereka," katanya kepada wartawan, Rabu (23/6).
Selain itu, Ernovian mengatakan, saat ini upah buruh di Cina terus naik dan secara rata-rata lebih tinggi dari Indonesia. Hal ini, katanya, juga akan membuat produk Indonesia makin kompetitif terhadap buatan Cina karena membuat harga produksi barang semakin murah. "Kalau tidak salah di sana (Cina) sekarang sekitar 100 dolar AS per orang per bulan, di kita masih di bawahnya," ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Investasi dan Perhubungan, Chris Kanter, juga menyambut baik penguatan yuan ini. Menurutnya, nilai tukar yuan yang rendah tidak sehat karena pada dasarnya disubsidi pemerintah setempat. "Tapi sekarang kan Cina sendiri memahami bahwa dia tidak bisa lagi tanpa dia menggunakan norma-norma standar yang digunakan secara internasional oleh para investor untuk dia bisa invest ke luar," katanya.
Chris pun memandang penguatan yuan akan berdampak baik terhadap dunia industri. Karena, produk mereka akan memiliki harga keekonomian yang normal dan tidak disubsidi. Terlebih, subsidi mata uang yang dilakukan Cina belum diatur sehingga tidak bisa dikenakan aturan seperti dumping yang bisa diprotes ke organisasi perdagangan dunia, WTO. "Karena memang kebijakan moneter itu adalah kewenangan sepenuhnya dari negara bersangkutan. Dan inilah yang selama ini sudah dipressure oleh dunia," jelasnya.
Ke depan, Chris memandang, penguatan ini akan membuat produk Indonesia bisa bersaing dengan Cina. "Nantinya akan begitu, masih proses. Tergantung bagaimana nanti pasar uang itu akan membalance. Tingkat kemampuan kita untuk bersaing itu dan di situ nggak bisa Cuma pengusaha, pemerintah juga harus," ucapnya.