EKBIS.CO, JAKARTA—-Fenomena La Nina atau mendinginnya suhu permukaan di wilayah barat khatulistiwa Pasifik dipastikan akan mempengaruhi produksi beras nasional. Mendinginnya suhu muka laut menimbulkan tekanan udara yang tinggi.
Indonesia yang berada di wilayah timur khatulistiwa Pasifik mengalami tekanan udara yang rendah akibat menghangatnya suhu muka laut di sekitarnya. Dampaknya, musim hujan di Indonesia dipastikan akan lebih lama. Artinya, musim kemarau di Indonesia yang seharusnya sudah terjadi pada bulan Juni akan tetap basah (kemarau basah).
Pelaksana Tugas Direktur Perlindungan Tanaman Pangan pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Tri Susetyo, mengatakan, La Nina yang menyebabkan musim hujan lebih lama atau curah hujan tinggi akan terus terjadi sampai bulan Maret 2011. ''Ini tentu akan mempengaruhi produksi beras nasional,'' ujar Tri, Jumat (3/9).
Menurut Tri, tingginya curah hujan akan sangat menguntungkan bagi para petani tadah hujan di sentra-sentra produksi padi nasional. Petani akan memutuskan menanam padi lebih banyak dan tidak menyelingi musim tanam dengan komoditas substitusi lainnya. “Dengan begitu luasan lahan panen pun akan bertambah, sehingga produksi bisa meningkat,” katanya.
Walaupun demikian, Tri melanjutkan, fenomena La Nina tetap harus diwaspadai juga bakal mendatangkan potensi kegagalan panen yang lebih besar. Alasannya, penyebaran Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) semacam Wereng Batang Coklat (WBC) bakal menggila dan terjadi secara masif.
Guna menanggulangi potensi peningkatan produksi beras sekaligus mengendalikan serangan OPT, Tri mengimbau kepada para penyuluh pertanian di lapangan agar lebih rajin turun ke petani. “Penyuluh akan menjadi ujung tombak terdepan bagaimana memanfaatkan fenomena La Nina dan juga penanganan OPT secara cepat,” imbuhnya.
Dikatakan Tri, selain bencala alam (kekeringan dan banjir), saat ini serangan OPT WBC merupakan salah satu faktor signifikan yang dapat mengganggu potensi peningkatan produksi beras nasional. Pada musim kemarau periode April-Juli 2010, luas serangan OPT utama tanaman padi mencapai 237.962 hektare dengan puso seluas 3.994 hektare.
Luas serangan OPT tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau 2009 dan rerata lima tahun musim kemarau periode yang sama. Adapun selama periode Januari-Juli 2010, serangan OPT utama padi dilaporkan seluas 407.820 hektare.
“Pusonya selama tahun ini sampai 5.284 hektare,” ucap Tri seraya menambahkan luas serangan OPT selama 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 dan rerata lima tahun terakhir. Serangan OPT terluas terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto, menambahkan, pemerintah optimistis produksi beras saat ini bisa mencukupi kebutuhan masyarakat sampai akhir tahun 2010. “Bahkan ada kelebihan sampai 5,6 juta ton,” katanya.