EKBIS.CO, JAKARTA--Survei Bank Indonesia (BI) atas indeks kepercayaan konsumen (IKK) pada Agustus 2010 mengungkapkan, tingkat kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan enam bulan mendatang tercatat turun 1,7 poin dibandingkan dengan Juli 2010 menjadi 104,0.
Penurunan IKK tersebut disebabkan oleh persepsi konsumen yang makin pesimis baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang, demikian hasil survei yang dirilis BI melalui situs BI yang dikunjungi, Selasa.
Survei konsumen merupakan survei bulanan dengan 4.600 rumah tangga sebagai responden di 18 kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal Pinang, Ambon, dan Banten.
Indeks yang menunjukkan kondisi ekonomi saat ini dan indeks ekspektasi konsumen turun masing-masing 2,8 dan 0,5 poin. Faktor penyebab turunnya indeks ekspektasi konsumen adalah kenaikan harga komoditas bahan pokok akibat dinaikkannya tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli 2010.
Faktor lain adalah bulan puasa ditengarai menyebabkan peningkatan beban pengeluaran responden sehingga cenderung untuk mengurangi porsi pengeluaran untuk konsumsi barang-barang tahan lama. Hal tersebut menyebabkan IKK secara umum mengalami penurunan pada Agustus 2010, jelas survei itu.
Tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian juga mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada periode sama tahun sebelumnya. IKK pada periode ini tercatat turun 10,3 poin dari hasil survei yang sama pada tahun lalu. BPS mencatat laju inflasi Agustus 2010 mencapai 0,76 persen, lebih rendah dibanding Juli 2010 yang mencapai 1,57 persen. Inflasi tahun kalender (Januari-Agustus) 2010 mencapai 4,82 persen dan laju inflasi year on year (Agustus 2010 terhadap Agustus 2009) sebesar 6,44 persen.
BPS menghitung kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) memberikan sumbangan terbesar pada inflasi Agustus yang mencapai 0,76 persen.
Deputi Bidang Statistik BPS, Subagio Dwijosumono menyebutkan, kenaikan TDL telah memberi andil terbesar pada inflasi yaitu sebesar 0,35 persen. Selain kenaikan TDL, inflasi juga didorong oleh kenaikan harga besar yang cukup tinggi secara nasional. Beras mengalami kenaikan harga cukup tinggi, rata-rata nasional 4,3 persen dan memberi andil pada inflasi sebesar 0,20 persen.
Hal lain yang menyumbang pada inflasi cukup besar adalah harga ikan segar, biaya angkutan udara, daging ayam ras, biaya pendidikan SD dan SLTA, harga daging sapi, biaya pendidikan SLTP serta makanan jadi berupa nasi dan lauk pauk.