Rabu 20 Oct 2010 04:16 WIB

DPR: Perbuhungan Masih Banyak yang Perlu Diperbaiki

Rep: Agung Budiono/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Foto: Antara
Ilustrasi

EKBIS.CO, JAKARTA--Anggota Komisi V DPR, Abdul Hakim, menilai selama satu tahun ini kinerja pemerintah dibidang perhubungan belum menunjukan performa yang baik, bahkan cenderung mengecewakan. Oleh karenanya menurut dia, masih banyak hal yang harus diperbaiki ke depannya.

"Ada beberapa aspek yang menjadi tolok ukur penilaian, mulai dari penyelenggaraan transporasi yang masih jauh dari kata aman, nyaman, selamat, dan tertib. Pembinaan oleh pemerintah yang masih setengah hati, pelaksanaan UU transportasi yang masih jalan ditempat hingga postur anggaran yang masih banyak inefisiensi," tuturnya kepada Republika, Selasa (19/10).

Abdul menjelaskan, meski telah dilakukan berbagai upaya untuk peningkatan pelayanan, penyelenggaraan transportasi massal mulai dari darat, laut, udara dan kereta api, belum juga mampu memberikan pelayanan yang memenuhi harapan masyarakat. "Seperti pelayanan kereta api misalnya. Setiap hari pengguna kereta api khususnya komuter Jabodetabek mengeluhkan keterlambatan jadwal dan kapasitas kereta yang masih minim," paparnya.

Abdul menjelaskan, terkait pelayanan angkutan laut, kapal-kapal yang melayani rute-rute padat seperti penyeberangan Merak—Bakauheni umumnya sudah tua dan jauh dari kata nyaman. "Bahkan, 80 persen kapal yang beroperasi di jalur penyeberangan ini berusia diatas 30 tahun," paparnya.

Ditambahkannya, penyelenggaraan angkutan darat juga belum memberikan pelayanan yang memuaskan. Kemacetan yang tidak ada solusi membuktikan bahwa masyarakat kita tidak puas dengan pelayanan transportasi darat. Mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi  yang dinilai lebih cepat dan nyaman.

"Kalau pun ada perbaikan seperti yang ditawarkan busway, namun karena jumlah bus dan rute yang dilayani masih terbatas, masyarakat tetap lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi sehingga kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan menjadi tidak seimbang dan menyebabkan kemacetan," tutur Abdul.

Dari sisi keselamatan, sambung Abdul, meski empat paket UU transportasi mengamanatkan tentang pentingnya menjaga keselamatan, namun faktanya belum bisa diterapkan secara komprehensif dan terus menerus. Terbukti, masih tingginya angka kecelakaan di Indonesia, terutama untuk angkutan darat, kereta api dan laut.

Sebagai catatan, selama 2009, sektor transportasi Indonesia menyisakan kenangan pahit. Sedikitnya 313 orang hilang dalam musibah tenggelamnya KM Teratai Prima di Perairan Majene, Sulawesi Barat. 10 Januari 2009.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement