EKBIS.CO, JAKARTA--Anomali cuaca menyebabkan masa tanam sayuran secara umum tertunda dan mengalami penurunan kualitas. Direktur Budidaya Sayuran dan Biofarmaka Kementerian Pertanian, Yul H Bahar, mengatakan dari anomali iklim yang terjadi jenis sayuran yang cukup bertahan dari perubahan iklim adalah umbi-umbian.
“Anomali ini juga menyebabkan serangan hama meningkat karena kelembaban tinggi jadi penyakit berkembang, sehingga produksi menurun dan kualitasnya juga menurun dengan adanya bercak-bercak di sayuran. Namun untuk yang berjenis umbi-umbian cukup bertahan karena tumbuh di dalam tanah,” kata Yul kepada Republika, Jumat (5/11).
Di sisi lain, tambahnya, anomali ini menyebabkan distribusi sayuran juga mengalami gangguan. Pada masa sebelum menghadapi lebaran lalu, kata Yul, penurunan produksi sayuran sekitar dua persen. Dalam menghadapi ketidakpastian iklim tersebut, Yul menuturkan pemerintah turut memberikan bantuan benih di sentra produksi, pemberian insentif, dan melakukan pembinaan kepada petani.
Kendati sayuran ikut terpengaruh perubahan iklim, Yul menuturkan hal tersebut kurang berdampak pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri karena konsumsi sayuran Indonesia terbilang masih rendah, yaitu 40,9 kilogram per kapita pertahun. Padahal Organisasi Pangan Dunia (FAO) menyarankan konsumsi sayuran sebanyak 70 kilogram per kapita per tahun.
Ke depannya, lanjut dia, pemerintah pun mengupayakan adanya keseimbangan antara konsumsi dan produksi sayuran bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Badan Ketahanan Pangan, dan BKKBN. Sentra produksi sayuran di antaranya berada di Majalengka, Kuningan, Cirebon, sumenep, Bima, Palu (bawang), Bantaeng, Jene Ponto, Karo Solok, Kerinci, Maringin (kentang).