Ahad 14 Nov 2010 01:15 WIB
G 20

Indonesia Sambut Baik Indikator Krisis

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Djibril Muhammad
Menteri Perdagangan Mari elka Pangestu
Menteri Perdagangan Mari elka Pangestu

EKBIS.CO, SEOUL--Meski sejumlah media massa internasional menanggap tidak ada kesepakatan signifikan dalam forum G20, pemerintah Indonesia justru menganggap isu perang kurs yang membayangi konferensi ekonomi tertinggi di dunia ini sudah berakhir. Ini ditandai dengan upaya penyusunan indikator ketidakseimbangan perdagangan.

Setelah forum itu ditutup pada Jumat (12/11) petang waktu Seoul, Indonesia tetap mengakui ada kesepakatan untuk mengakhiri perang kurs dan ketimpangan perdagangan global. "Perang kurs akhirnya terselesaikan dengan kompromi," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu kepada wartawan, Jumat (12/11) malam.

Menurut Mari, isu itu diselesaikan karena bisa membuat G20 pecah. Setelah sepakat mengakhiri perang kurs antara beberapa negara kunci di G20, kata Mari, G20 menawarkan solusi dibentuknya working group on macro economic framework.

Tawaran solusi itu ditujukan khususnya kepada Amerika Serikat dan Cina. Negara-negara G20, kata Mari, harus membentuk kelompok kerja (working group) ini untuk menghasilkan guidlines indicator.

Hal itu penting agar kelompok kerja bisa mengeluarkan panduan indikator untuk mengukur panduan indikator ketimpangan perdagangan. "(Kelompok kerja) untuk mengukur suatu keadaan itu disebut imbalance atau tidak dan apa yang harus dilakukan," kata Mari.

Dia menambahkan, kelompok kerja itu beranggotakan semua negara G20 dan diharapkan merampungkan tugasnya tahun depan. Mari mengingatkan, kelompok kerja tidak berada di bawah koordinasi Dana Moneter Internasional (IMF).

Seperti diberitakan, kesepakatan akhir dalam forum G20 menyebutkan poin pembentukan indikator dini krisis ekonomi. Indikator ini akan digunakan anggota G20 untuk mewaspadai ancaman krisis keuangan dan situasi ekonomi dunia yang masih rentan.

Pimpinan negara anggota G20 juga sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi yang timpang dan melebarnya kesenjangan ekonomi antarnegara G20 bukanlah solusi. Keduanya justru berujung pada kebijakan ekonomi sepihak yang bisa merugikan negara lain.

Mari menjelaskan, indikator ketimpangan tidak dibuat secara kuantitatif sebagaimana usulan AS. Apakah AS mengakui aksinya dalam penurunan nilai mata uang dolar? "Ya tidak mungkin mengakuilah. Tapi kita tahu maksudnya," kata Mari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement