EKBIS.CO, JAKARTA--Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, tidak ada yang salah dengan kehadiran investor asing pada setiap privatisasi perusahaan milik negara. "Kehadiran investor asing justru memberikan keseimbangan terhadap pasar," kata Mustafa usai membuka dialog bertajuk 'Sharing The Chinese Experience in Making State Enterprises Profitable,' di Jakarta, Kamis (2/12).
Dialog yang menghadirkan pakar ekonomi China dari Columbia University (AS), Prof. Xiao Geng, juga diikuti sejumlah direksi dan komisaris BUMN. Mustafa menanggapi pertanyaan seputar penawaran saham perdana (IPO) PT Krakatau Steel Tbk, terkait dengan penjatahan saham perusahaan baja plat merah itu.
Ia mengakui, dirinya memperoleh sejumlah hikmah dalam pro dan kontra IPO PT Krakatau Steel. Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham, perlu melakukan sosialisasi berupa penjelasan seterang-terangnya kepada masyarakat soal IPO, mulai dari maksud dan tujuan penjualan saham, road show mencari investor, hingga pencatatan saham di pasar modal.
Dengan demikian tidak terjadi distorsi pemahaman terkait program privatisasi melalui pola IPO yang dipilih pemegang saham dan emiten. Sedangkan terkait kepemilikan saham oleh investor asing ia menambahkan, tidak ada yang ditakutkan karena dalam hal ini IPO bukan menjual aset tetapi lebih pada memperluas kepemilikan saham, transparansi, kesehatan pengelolaan perusahaan.
"Dalam setiap privatisasi dipastikan bahwa porsi asing di setiap BUMN hanya pada posisi minoritas. Tidak mayoritas, sehingga perusahaan tetap di bawah kendali negara," tegas Mustafa.
Ia menambahkan, di saat derasnya arus modal yang masuk ke dalam negeri yang tercermin dari aktraktifnya investor asing di pasar modal, justru harus diimbangi dengan mendorong perusahaan yang berkualitas untuk masuk ke pasar saham.
Menurut catatan, IPO PT Krakatau Steel Tbk melakukan debut di Bursa Efek Indonesia pada 10 November 2010, dengan harga perdana sebesar Rp 850 per lembar. Krakatau Steel melepas kepemilikan saham sebanyak 3,19 miliar lembar, dengan dana perolehan dari IPO tersebut sekitar Rp 2,6 triliun.