EKBIS.CO, NUSA DUA--Indonesia mendapat pinjaman dari Jepang melalui program Development Policy Loan VII dengan jumlah 8,3 miliar yen. Pinjaman diberikan untuk mendukung perbaikan iklim investasi, memberantas kemiskinan, dan menambah anggaran pemerintah. Pinjaman cair setelah Menteri Luar Negeri kedua negara meneken perjanjian kerjasama di Nusa Dua, Bali, Jumat (10/12).
Penandatanganan pemberian utang itu dilakukan di sela acara Bali Democracy Forum (BDF) III di Westin Hotel, Nusa Dua. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Luar Negeri Jepang Seiji Maihara bertemu di sebuah Laguna dengan pemandangan langsung ke pantai Nusa Dua.
Marty menyambut baik kerjasama yang lebih erat dengan Jepang. "Indonesia dan Jepang adalah mitra di bidang pembangunan selama bertahun-tahun dan kini juga merupakan mitra strategis yang memiliki hubungan yang sangat bersahabat, sangat positif, sangat erat, sehingga dampak positif dari hubungan ini dirasakan bukan saja bilateral, melainkan dalam kerangka regional dan global," kata Marty.
Dalam kesempatan sama, Seiji menambahkan, Jepang menghormati Indonesia yang memiliki peran besar di ASEAN. "Jepang dan Indonesia bekerjasama bukan sebatas dalam ekonomi bilateral saja, melainkan untuk bidang agenda regional dan agenda global," kata Seiji. Dia menyampaikan rasa hormat atas kepemimpinan Indonesia dalam BDF III.
Pinjaman dari Jepang juga akan diperoleh Indonesia melalui penandatanganan memorandum of cooperation (MoC) antara Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Luar Negeri Jepang Seiji Maihara yang dilakukan sesaat setelah penandatanganan pinjaman Development Policy Loan VII.
MoC yang ditandatangani ini tentang Metropolitan Priority Areas (MPA) di bidang investasi dan industri. MPA adalah kerjasama yang terkait dengan pembangunan koridor ekonomi Indonesia. "Jadi akan ada pusat pertumbuhan industri baru di daerah tersebut, lengkap dengan pelabuhannya dan sebagainya, kemudian membenahi jaringan-jaringannya agar connectivity-nya bisa membuat ongkosnya lebih murah," kata Hatta.
Program MPA ini membutuhkan dana dua triliun yen. "Kalau menggunakan (data) koran Asahi Shimbun, nilainya dua triliun yen, berarti dua puluh miliar dolar AS hanya untuk MPA, itu perkiraan, belum fix, angka persisnya akan kita hitung," kata Hatta. Dana dua puluh miliar dolar AS itu salah satu sumbernya adalah pinjaman dari Jepang, sedangkan sumber lainnya dari public-private partnership (PPP) dan foreign direct investment (FDI).