Jumat 17 Dec 2010 02:06 WIB

Bank Dunia Ingatkan Risiko Pembalikan Arus Modal

Rep: Yoebal Ganesha/ Red: Djibril Muhammad

EKBIS.CO, YOGYAKARTA--Penasihat Senior Bank Dunia untuk Indonesia, William (Bill) Wallace, mengatakan penguatan aliran modal yang masuk ke Indonesia selama 2010 ini telah banyak membawa manfaat bagi perekonomian, seperti menurunnya biaya pendanaan. Walaupun begitu, ''Trend ini harus tetap diwaspadai, bila suatu saat terjadi kebalikannya, yakni adanya pembalikan aliran modal dari dalam negeri keluar negeri,'' kata Bill Wallace, Kamis (16/12) yang berbicara pada diskusi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM.

Diskusi ini digelar berhubungan dengan peluncuran laporan Bank Dunia tentang 'Perkembangan Triwulan Perkonomian Indonesia -- Memaksimalkan Kesempatan, Mengelola Risiko'. Sebagai pembicara pembanding ditampilkan Anggito Abimanyu, dosen FIB-UGM. Wallace menjelaskan aliran modal masuk ke Indonisia terpancing oleh kuatnya prospek pertumbuhan dan peningkatan kelayakan kredit di Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan dengan penghasilan yang lebih tinggi.

"Tapi trend ini juga dapat meningkatkan keprihatinan, karena tetap adanya potensi pembalikan arah aliran modal dan meningkatnya inflasi di masa depan, terutama yang berkaitan dengan kenaikan harga bahan-bahan pangan,'' tuturnya.

Ia mengatakan dalam tahun 2010 ini permintaan dari pasar-pasar kekuatan ekonomi baru, terutama Cina, yang disertai dengan adanya ekspansi moneter di AS dan negara-negara lainnya telah  membantu mendorong meningkatnya harga-harga komoditas nonenergi, termasuk harga bahan pangan dan bahan baku.

Menurut dia, dengan kondisi ini tantangan Indonesia adalah bagaimana memaksimalkan kesempatan-kesempatan yang muncul sebagai akibat dari tingginya aliran modal masuk itu, disamping juga bagaimana mengelola resikonya. Salah satu yang bisa dilakukan, saran Wallace, adalah bagaiamana Indonesia bisa meningkatkan insentif bagi penanaman modal asing, untuk membantu mengalihkan aliran modal masuk itu ke investasi jangka yang lebih panjang.

Dijelaskannya, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memang melambat pada triwulan ke-3 tahun ini. Semua ini, tuturnya, disebabkan oleh faktor-faktor domestik yang berkaitan dengan gangguan cuaca (berpengaruh terhadap pertanian dan pertambangan. Menurut dia, Bank Dunia sendiri telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010, 0,1 persen menjadi 5,6 persen.

''Goncangan pasokan pertanian dan meningkatnya harga komoditas pertanian juga akan mempengaruhi harga bahan pangan domestik, sehingga akan berkontribusi terhadap peningkatan inflasi pada bulan November,'' katanya.

Namun, katanya, melihat tren-tren positif berkaitan dengan investasi dan kekuatan konsumsi swasta, Bank Dunia tetap meramalkan adanya penguatan tipis pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011, yakni sekitar 6,2 persen. Ia mengatakan pemerintah Indonesia telah menargetkan pertubuhan ekonomoni tahun 2001 yakni 7 persen. APBN tahun 2011 juga positif berkaitan dengan peningkatan alokasi belanja modal.

Tapi, katanya, modal asing tampaknya akan semakin memegang peranan -- terutama bila Indonesia bisa merealisasikan sistem peraturan yang memiliki kepastian dan konsistensi yang lebih besar. Anggito mengatakan ia setuju dengan laporan Bank Dunia, namun aliran modal masuk tersebut harus dianalisa lagi, terutama yang berkaitan dengan sumber modal dan penyebab masuknya modal tersebut.

Ditegaskan, kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk mencegah pembalikan modal asing secara tiba-tiba harus juga dianalisa, dan juga menyangkut contigencies plan bila tren itu terjadi nanti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement